Ternyata Begini Sejarah Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan

By Jeanett Verica, Jumat, 30 November 2018 | 12:35 WIB
Sejarah 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (iStock)

NOVA.id - Setiap tahunnya, kita mengenal ada kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang berlangsung selama 16 hari, mulai 25 November hingga 10 Desember.

Namun tahukah Sahabat NOVA sejarah di balik kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan ini?

Rupanya, melansir dari Tribun Manado, rentang waktu ini dipilih karena menghubungkan secara simbolik antara kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi manusia (HAM).

Baca Juga : Harus Pakai Izin Suami untuk Unggah Foto, Begini Comelnya Anak Semata Wayang Siti Nurhaliza

Kekerasan terhadap perempuan juga tentunya merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM.

Disebut simbolik, karena dalam rentang waktu tersebut, ada banyak hari peringatan terkait hak asasi manusia.

Berikut daftarnya:

Baca Juga : Ibunda Ayu Dewi Meninggal Karena Infeksi Paru-Paru, Jangan Pernah Abaikan 5 Gejala Ini!

Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (25 November)

Hari AIDS Sedunia (1 Desember)

Hari Internasional untuk Penghapusan Perbudakan (2 Desember)

Hari Internasional bagi Penyandang Cacat (3 Desember)

Hari Internasional bagi Sukarelawan (5 Desember)

Hari Tidak Ada Toleransi bagi Kekerasan terhadap Perempuan (6 Desember)

Hari HAM Internasional (10 Desember)

Baca Juga : Berita Terpopuler: Zumi Zola Terpaku Pandang Mendiang Ayah Hingga Irma Darmawangsa Klarifikasi Tuduhan Pelakor

Sejarah kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau 16 Days of Activism Against Gender Violence atau sendiri pada awalnya merupakan kampanye internasional.

Kampanye ini diadakan untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.

Aktivitas kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan ini pertama kali digagas oleh Women’s Global Leadership Institute pada tahun 1991 dan disponsori oleh Center for Women’s Global Leadership.

Baca Juga : Ibunda Istrinya Berpulang, Regi Datau: Bu Ayu Ada Firasat Enggak Enak

Lily Puspasari, Programme Management Specialist UN Women mengatakan, “Di seluruh bagian dunia, perempuan dan anak perempuan terus mengalami kekerasan. Kekerasan terhadap perempuan kerap kali luput dari perhatian dan suara penyintas tidak terdengar.

Hal ini dikarenakan seringkali perempuan yang terkena kekerasan disalahkan dan testimoni mereka diragukan.”

Di tahun 2018, kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan pun mengusung tema #HearMeToo.

Melalui kampanye ini, kita sebagai perempuan diajak untuk berdiri dalam solidaritas dengan penyintas dan gerakan anti kekerasan, serta diajak turut serta bersuara untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan. (*)