Kerah Shanghai juga mendominasi di setiap gaun.
Bustier hadir sebagai sentuhan klasik nan elegan yang dipadukan bawahan kain sarung khas kebaya Encim.
Sesekali rok dengan potongan flare akan terlihat silir berganti dengan gaun berpotongan cheongsam, yang merupakan suatu manifestasi dari era ekspresi kebebasan perempuan China di tahun 1930-an.
Baca Juga : 6 Hal yang Mesti Dimiliki Ketika Ingin Belanja Harbolnas Lancar Tanpa Hambatan
Jadi, benang merah dari koleksi Tresno ini adalah harapan dan kepercayaan akan adanya cinta dan kasih.
Sesuatu yang patut dirayakan, sekecil apapun bentuknya.
Dalam balutan gaya kontemporer ini siluet koleksi musim semi 2019 terlihat tetap klasik dengan sentuhan emosi tradisional namun masih dalam garis rancang rumah mode Bramanta Wijaya.
Baca Juga : Program Ini Bisa Tingkatkan Kemampuan Perempuan Mengelola Keuangan
Pada pagelaran koleksi Tresno, ditampilkan juga sebuah tarian yang diiringi lagu Impen Impenen.
Irama khas Jawa Banyuwangi dan juga sesekali terdengar alunan musik oriental sehingga memperkuat kesan akulturasi yang ingin ditekankan.
Baca Juga : Banyak Energi Negatif dan Drama, Aming Ingin Mundur dari Dunia Entertainment
Bramanta Wijaya juga ingin menjadikan Tresno sebagai pesan terhadap setiap orang untuk tidak pernah menyerah akan cinta.
Karena esok masih ada dan jumlah detiknya masih sama. (*)