NOVA.id - Ingin merayakan cinta, Bramanta Wijaya meluncurkan Tresno yang merupakan penutup dari trilogi koleksi yang berbicara tentang tiga esensi, yakni hidup-manusia, pengharapan dan kasih.
Dalam koleksinya ini, Bramanta Wijaya memberikan sentuhan kontemporer dalam potongan kain yang mampu merekam jejak ketiga budaya bangsa Indonesia yang terinspirasi lewat motif-motif batik Peranakan Cina dan Jawa, serta dihiasi dalam potongan yang terinspirasi dari gaya Eropa.
Tak hanya itu, koleksi ini juga memakai teknik bordir yang menyuarakan ekspresi Peranakan dengan paduan kebudayaan Eropa.
Baca Juga : Jangan Salah! Ini Dia Cara Menggoreng Makanan yang Tepat Agar Tetap Sehat
Teknik ini diguratkan pada kain linen yang dihiasi motif bunga krisan dan bunga-bunga Eropa lain.
Sebuah motif khas yang dikembangkan oleh kaum peranakan Cina dan Eropa yang merindukan warna-warna cerah dan buket bunga, di mana merupakan sebuah hadiah yang melambangkan kasih.
Bukan hanya bunga, motif awan juga mengingatkan pada Mega Mendung dan garis geometris menjadi representasi hasil perpaduan budaya budaya di pesisi utara Jawa.
Baca Juga : Tanggapi Larangan KPI Terhadap Iklan Shopee BLACKPINK, Dosen UNPAD Ini Angkat Bicara: Apa Kabar Perut Jojo?
Bramanta Wijaya juga terinspirasi oleh klan Manchu dari Dinasti Qing yang merayakan kebebasan perempuan dalam strata sosial mereka, yang kemudian menerjemakannya pada koleksi Tresno ke dalam siluet anggun jubah-jubah perempuan bangsawan dari era Dinasti Qing.
Potongan badan yang melebar dan membebaskan gerak, dituangkan menjadi gaun midi berpotongan trapeze.
Jubah Manchu dengan 4 belahan diberi twist sedikit untuk menjadi gaun panjang dengan detail kancing yang dipadukan dengan celana panjang.
Baca Juga : Ibu Wajib Tahu! Begini Cara Ajarkan Anak Agar Tak Kalap Saat Harbolnas
Kerah Shanghai juga mendominasi di setiap gaun.
Bustier hadir sebagai sentuhan klasik nan elegan yang dipadukan bawahan kain sarung khas kebaya Encim.
Sesekali rok dengan potongan flare akan terlihat silir berganti dengan gaun berpotongan cheongsam, yang merupakan suatu manifestasi dari era ekspresi kebebasan perempuan China di tahun 1930-an.
Baca Juga : 6 Hal yang Mesti Dimiliki Ketika Ingin Belanja Harbolnas Lancar Tanpa Hambatan
Jadi, benang merah dari koleksi Tresno ini adalah harapan dan kepercayaan akan adanya cinta dan kasih.
Sesuatu yang patut dirayakan, sekecil apapun bentuknya.
Dalam balutan gaya kontemporer ini siluet koleksi musim semi 2019 terlihat tetap klasik dengan sentuhan emosi tradisional namun masih dalam garis rancang rumah mode Bramanta Wijaya.
Baca Juga : Program Ini Bisa Tingkatkan Kemampuan Perempuan Mengelola Keuangan
Pada pagelaran koleksi Tresno, ditampilkan juga sebuah tarian yang diiringi lagu Impen Impenen.
Irama khas Jawa Banyuwangi dan juga sesekali terdengar alunan musik oriental sehingga memperkuat kesan akulturasi yang ingin ditekankan.
Baca Juga : Banyak Energi Negatif dan Drama, Aming Ingin Mundur dari Dunia Entertainment
Bramanta Wijaya juga ingin menjadikan Tresno sebagai pesan terhadap setiap orang untuk tidak pernah menyerah akan cinta.
Karena esok masih ada dan jumlah detiknya masih sama. (*)