NOVA.id - Menduduki posisi kedua sebagai penyumbang sampah plastik di dunia, rasanya tak patut kita banggakan.
Ya, kita seharusnya malu, terlebih wabah plastik itu sudah tercemar di banyak pulau-pulau cantik Tanah Air.
Padahal, Indonesia dikenal dengan keindahan pulau dan fauna dalam laut, tapi rasanya itu semua akan semakin rusak, karena kita.
Baca Juga : Menggelitik! Begini Gerak-gerik Tingkah Orang Kaya Baru Tertuang dalam Film, Seperti Apa?
“Mengurangi pemakaian plastik itu sebenarnya memang begitu sulit dilakukan, bukan plastik yang salah tetapi manusianya.
Mereka seharusnya tahu bagaimana cara menguraikan sampah plastik, bukan dibuang ke saluran air,” jelas Ganang Rindarko, General Manager Qnet Indonesia.
Adanya tindakan membuang sampah ini, menurut Ganang juga diakibatkan oleh pendidikan berkualitas yang didapat seorang manusia.
Baca Juga : 3 Kali Gagal dalam Pernikahan, Titi DJ Akur dengan Para Mantan Suami!
Sebab, pendidikan merupakan fondasi paling penting untuk memajukan Indonesia ke ranah lebih baik, terutama menyoal lingkungan alam.
Tapi, jika memandang kasus yang terjadi sekarang mengenai sampah plastik, solusilah yang harus menjadi takaran utama di dalam sebuah pendidikan.
Oleh karena itu, Quest University di Malaysia salah satu grup Qnet membuat program sains untuk membuat plastik tidak lagi menjadi wabah, melainkan menjadi solusi kehidupan.
Baca Juga : Jokowi Sering Dipeluk Perempuan Lain, Begini Jeritan Hati Iriana Jokowi
“Kami melakukan penelitian dari sampah-sampah plastik yang sering dipakai masyarakat.Dari penelitian itu, ternyata 7 plastik sampah bisa didaur ulang menjadi batu-bata.
Dengan demikian nilai plastik bekas akan sangat berharga sehingga masyarakat mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Ganang.
Plastik–plastik tersebut dicampur dengan semen, kemudian dicetak dalam cetakan batu bata.
Baca Juga : Jadi Istri Pejabat Tinggi TNI, Bella Saphira Cuma Pakai Jasa Rias Tetangga: No MUA!
Ternyata, itu kuat dan ketahanannya sama seperti batu bata pada umumnya. (*)