Keempat belas siswa tersebut dimasukkan ke sekolah dengan kuota siswa yang masih kurang menurut Kepala Bidang Pendidikan Dasar SD Dinas Pendidikan Solo, Wahyono.
"Kita tidak akan menunjukkan sekolah sana. Biar sekolah itu bebas. Sepanjang sekolah itu kuotanya kurang dari batasan boleh menerima anak.
Dan tidak boleh melihat dari mana, siapa statusnya. Sekolah itu melayani tanpa diskriminasi. Karena pemerintah telah memutuskan wajib belajar sembilan tahun," kata Wahyono.
Ternyata kasus dikeluarkannya 14 siswa ini bukan pertama kali dialaminya.
Baca Juga : Ledakan di Senayan saat Debat Capres 2019 Berasal dari Petasan, Saksi Ungkap Ada Bungkusan Putih Dilempar
Menurut ketua Yayasan Lentera Solo, Yunus Prasetyo mengatakan bahwa anak-anak tersebut pernah ditolak oleh sekolah.
Beberapa waktu lalu mereka ditolak masuk taman kanak-kanak.
Pemerintah kota Solo juga telah merencanakan solusi lainnya berupa homeschooling bagi 14 siswa tersebut.
Baca Juga : Perempuan Perlu Tahu! Dari Unicorn hingga Revolusi Industri 4.0, Ini Kata Pengamat soal Debat Capres Kedua