Budaya Baca Hingga Edukasi Soal Tenun di Festival Literasi Nagekeo 2019

By Dionysia Mayang Rintani, Jumat, 12 April 2019 | 17:23 WIB
Soft Launching Festival Literasi Nagekeo 2019 (Dionysia Mayang)

NOVA.id – Baru berumur 12 tahun, Kabupaten Nagekeo yang terletak di Nusa Tenggara Timur siap menggelar Festival Literasi pada Agustus 2019 mendatang.

Seperti yang disampaikan oleh Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do, pada soft launching event ini di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis, (11/04).

Sebagai kabupaten pemekaran dari Kabupaten Ngada, Nagekeo ingin berpartisipasi untuk terus memajukan edukasi melalui budaya literasi.

Baca Juga : Dikabarkan Dekat dengan Elly Sugigi, Hendry Prasetyo: Bukan Suka, Simpati Doang

“Di era digital seperti sekarang ini, kemampuan literasi mutlak diperlukan agar tidak ketinggalan zaman. Perpustakaan adalah penyangga peradaban melalui literasi,” tutur Don Bosco Do.

Tari Khas Nagekeo, NTT membuka Soft Launching Festival Literasi Nagekeo 2019 (Dionysia Mayang)

Lanjutnya, dirinya mengajak masyarakat terutama di Nagekeo, untuk siap menghadapi tantangan era digital melalui literasi.

Sementara, literasi sendiri tak hanya dimaknai sebagai sebuah budaya membaca buku.

Baca Juga : Kasus Pernikahannya Berakhir Damai, Bella Luna Ungkap Pesan untuk Istri Sah Eko

Untuk itu, akan ada literasi tenun, literasi wisata, hingga literasi kuliner pada Festival Literasi Nagekeo.

Sementara itu, Julie Sutrisno Laiskodat selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT, mendukung keberlangsungan acara ini.

Julie Sutrisno Laiskodat (Dionysia Mayang)

Menurutnya, hal ini sangat penting untuk kemajuan masyarakat terutama dalam pengembangan SDM.

Baca Juga : Bak Senjata Makan Tuan, Tagar Audrey Juga Bersalah Viral Gantikan Justice For Audrey, Ada Apa?

Saat ini Dekranasda terus merangkul kelompok perajin tenun dan menyebarkan informasi yang lengkap ke publik, dan diberikan dalam satu paket lengkap.

“Tidak hanya literasi dalam tenun, saat ada turis yang membeli selembar tenun, saya juga mencoba untuk memberikan informasi lebih tentang bagaimana filosofi, proses pembuatan tenun, budaya masyarakat di Nagekeo, lengkap dengan keunggulan wisata yang kita miliki,” tuturnya dalam acara yang sama.

Sehingga, dengan konsep tersebut, literasi akan memiliki impact yang luas.

Baca Juga : Prilly Latuconsina Mengaku Honornya Makin Naik di Film Danur 3: Sunyaruri

 

 

Ia menambahkan, dirinya ingin SDM di NTT berkualitas dan itu bisa dibangun lewat membaca.

“Di daerah kami juga banyak penenun, dan ini kita sosialisasikan pentingnya literasi tenun, sehingga orang bisa mengerti filosofi di balik hasil tenun itu sendiri," ujar Julie.

Itu sebabnya, kata Julie, ia yang membina beragam kelompok pengrajin tenun terus mengingatkan agar mereka tak salah dalam membuat motif tenun.

Baca Juga : Kini Hidup Mewah, Benarkah Gaji Suami Asti Ananta Melebihi Presiden?

Apalagi, berbeda motif, maka beda pula filosofinya.

“Melalui tenun bisa mengenal satu kabupaten seluruhnya. Misalnya ada air terjun dari atas ke bawah garis-garis, itu yang beneran, tempatnya juga ada. Jadi wisata yang kami kembangkan, kami koneksikan ke tenun,” kata dia.

Julie Sutrisno Laiskodat sendiri menerima piagam penghargaan tokoh “Pelopor Literasi Tenun Ikat Nagekeo NTT” oleh Bupati Nagekeo di Perpustakaan Nasional, dalam acara tersebut. (*)