NOVA.id - Kondisi dan cerita caleg (calon legislatif) yang mengalami stres dan gangguan jiwa lantaran gagal dalam Pemilu 2019 terus bertambah.
Bahkan caleg asal Pekalongan cuma sisakan uang Rp19 ribu dan putuskan jual ginjal.
Kondisi stres para caleg yang gagal terpilih, terjadi pula di Pemilu legislatif 2009 dan Pemilu 2014.
Kondisi usai Pemilu 2009 lalu, terhitung dalam seminggu ada 15 orang caleg yang dirawat di Pondok Pesantren (Ponpes) Rehabilitasi Jiwa An-Nawawi, Desa Sobontoro, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro.
Baca Juga : Gagal di Pemilu 2019, Caleg Asal Pekalongan Cuma Sisakan Uang Rp19 Ribu dan Putuskan Jual Ginjal
Kelimabelas orang yang saat itu resmi menjadi penghuni panti rehabilitasi tadi dikarenakan gagal menjadi anggota dewan.
Mereka masuk ke ponpes dalam periode sepekan menyusul dua caleg dari Jateng yang telah lebih dulu dirawat dengan kasus serupa.
Baca Juga : Reaksi Haru Emil Dardak Lihat Foto Almarhum Adiknya di Daftar Caleg
Kala itu, pengasuh Ponpes Rehabilitasi Jiwa An-Nawawi, KH Fahrur Rozi, mengungkapkan lembaganya memberikan pengajaran pendidikan agama layaknya ponpes lainnya.
Selain itu, ponpesnya juga menerima pasien yang ingin direhabilitasi karena masalah gangguan jiwa.
Menurutnya, dalam upaya melayani masyarakat atau pasien tersebut lembaganya mampu menampung pasian antara 60-70 orang.
Baca Juga : Tanya Jawab Psikologi NOVA: Aku Tak Ingin Anakku Menjadi Influencer
Saat diwawancara kala itu, Kiai Rozi bercerita, "Sudah ada 15 pasien yang telah berobat pada kami. Beberapa di antaranya mengaku caleg.
"Bahkan, tadi pagi (kemarin) barusan pulang dua caleg dari Solo dan Madiun," ungkapnya.
"Tapi mohon maaf, kami tidak bisa menyebutkan identitas para pasien ini."
Alasannya: Hal tersebut dilakukan demi kebaikan pasien, dan keluarga yang bersangkutan.
Termasuk untuk menjaga harkat dan martabat pasien dan keluarganya.
"Sebab, mereka malu jika dipublikasikan. Jadi kami juga menghormati itu," ujar Kiai Rozi.
Mengenai terapi yang diberikan, dia bercerita bahwa itu juga bergantung pada berat dan tidaknya depresi yang dialami pasien.
Baca Juga : Sering Disepelekan, Ternyata 1 Hal Inilah yang Jadi Indikator Alami Depresi Berat!
Jika tidak terlalu berat, tidak butuh waktu lama.
Namun untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa kategori berat, maka diperlukan waktu yang lama.
Kiai Rozi mengakui, pascapemilu ponpesnya tidak pernah sepi dari kunjungan pasien dan wartawan dari media cetak dan elektronik.
Kondisi tersebut, katanya, membuat terapi yang dilakukan menjadi tidak maksimal.
Baca Juga : Pahlawan Pemilu: 12 Orang Petugas KPPS di Jawa Barat Gugur dalam Tugas, Ridwan Kamil Ungkap Rasa Duka Cita
"Kadang kita jadi tidak konsentrasi. Sementara pasien juga serbasalah.
"Ya, karena para pasien harus bangun dan berjalan saat diambil gambarnya," jelasnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya melakukan sejumlah terapi yang di antaranya dengan terapi jalan dan dilakukan di sebuah tempat tertentu.
Baca Juga : Mengenal Gangguan Kejiwaan Bipolar yang Tak Mudah Dikenali Para Ahli
Saat bercerita 10 tahun lalu, Kiai Rozi berkata bahwa pemulihan kejiwaan pasien juga dilakukan di sebuah hotel di kawasan Kota Bojonegoro.
"Hari ini juga datang lagi dua orang caleg dari sebuah kota di Jawa Tengah.
"Selain itu, saya juga bersedia memberi terapi dengan cara datang ke rumah pasien," tambahnya.
Beda dengan 10 tahun lalu, sekarang para bakal caleg yang alami stres akan terima bantuan kesehatan.
Baca Juga : Pakai BPJS Kesehatan, Harga Kacamata Jadi Miring, Begini Cara Belinya!
Seperti tertulis dalam Kompas.com, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Karawang menanggung biaya pengobatan bagi para caleg yang stres akibat gagal pada Pemilu 2019.
Asal caleg yang stres terdaftar, punya kartu, dan aktif membayar premi, artinya tidak menunggak pembayaran.
Kabar baik yang semoga bisa meredakan stres para bakal calon legislatif kita, paling tidak barang sedikit saja. (*)