Tanya Jawab Psikologi NOVA: Antara, Aku, Istriku, dan Mertuaku

By Tiur Kartikawati Renata Sari, Selasa, 23 April 2019 | 20:45 WIB
Tanya Jawab Psikologi NOVA: Antara, Aku, Istriku, dan Mertuaku (TatyanaGI)

NOVA.id - Terkadang, permasalahan rumah tangga yang dicampuri orang tua dan mertua semakin membuat pelik.

Bagimana cara lepas dari intervensi pihak lain dalam rumah tangga kita?

Begini cara bijak menurut sang psikolog seperti yang diwartakan dalam Tabloid NOVA edisi 1613.

Baca Juga : Ayah Jonatan Christie Tanggapi Video Panas Pria Mirip Jojo Memuaskan Diri: Saya Yakin Editan!

Yth. Bu Rieny,

Saya sudah berumah tangga 6 tahun dan alhamdulillah sudah dikaruniai dua anak balita yang lucu dan menggemaskan, saya bekerja sebagai guru ekstra di TK dan SD dengan gaji sesuai UMR dan malam buka les privat tanpa mematok harga, dikasih berapapun saya terima, alhamdulillah rejeki kami lancar untuk memenuhi kebutuhan kami berempat, sebenarnya istri saya dari dulu ingin bekerja, alasannya untuk membantu saya dan menabung buat anak-anak, tetapi tidak saya setujui, bukannya melarang, tapi saya ingin istri fokus mengurus anak-anak saja, kalau rezeki insyaallah akan selalu ada selama kita masih mau berusaha.

Semenjak saya menikah, istri ikut saya di Yogyakarta, di awal menikah, kami masih serumah dengan orangtua saya, mulanya baik-baik saja, tapi lama-lama masalah selalu muncul sehingga saat ini istri sudah merasa tidak nyaman dengan orangtua saya terutama ibu, saya mengakui, ibu cerewet, maklum, orang zaman dahulu, maksudnya, pola pikirnya kuno dan terkadang bicara dengan nada tinggi, hal-hal seperti itu, yang kadang bikin istri saya sakit hati dan saya menjadi korbannya, Bu, begitu saya pulang kerja, istri saya cemberut, ini berarti istri habis kena marah ibu, ketika terjadi seperti itu, saya kadang ingin marah, tapi mau marah pada siapa?

Bingung saya. Di satu sisi, saya ingin membuat nyaman istri, tapi di sisi lain juga saya ingin menasihati ibu saya dengan baik-baik walaupun tidak pernah berhasil, dalam hati kecil, saya merasa gagal membuat nyaman istri saya di rumah, saya juga sudah mencoba menasihatinya tapi istri saya kadang kurang menerima dan sering bilang, “Kamu lebih membela orangtuamu dari pada membela istrimu” padahal di dalam lubuk hati saya, saya sayang istri dan ibu saya.

Baca Juga : Susah Tidur? 5 Video ASMR Ini Bantu Badan Jadi Rileks Seketika!

Beberapa bulan yang lalu, istri saya menangis dengan masalah yang sama dan dia pun minta hari itu juga pulang ke rumahnya di K, keinginannya saya turuti, tetapi saya langsung pulang ke Jogja karena tanggung jawab pekerjaan kantor, dulu sebelum nikah, mertua saya menuntut saya untuk tinggal di rumah istri saya dan bekerja di K karena memang ada lowongan dengan gaji lumayan besar, tapi yang jadi kendala besar adalah ibu kandung saya belum ikhlas meninggalkan Jogja, mungkin karena saya anak bungsu, di lain pihak, kakak kandung mengintervensi dan mendesak saya untuk membawa pulang istri ke jogja, di benak kakak saya, mungkin, saya ini tidak tegas orangngnya.

Sebenarnya, jujur saja saya ingin mencoba hal baru untuk bertualang di K, tempat tinggal istri saya, meskipun saya pesimis dengan usia saya yang sudah 30 tahun ini, apa bisa memulai kerja baru? Saya ingin mencoba berwirausaha di K, tapi masih bimbang karena kepikiran ibu kandung saya yang sudah sepuh, di sisi lain, saya agak khawatir jika harus terus-menerus berpisah dengan anak-anak, saya khawatir dengan perkembangan mereka, saya ingin selalu bisa mengontrol dan mendidik dengan maksimal.

Saya sudah mencoba untuk merayu istri saya kembali ke Jogja, dia belum mau karena masih trauma dan tidak ingin terulang kembali konflik dengan ibu, terakhir saya mencoba kembali membujuk istri agar mau kembali ke Jogja, dia sempat bilang mau, tapi dengan catatan tidak tinggal di rumah saya, dia maunya mengontrak tapi saya belum menyetujui hal tersebut, saya rindu sekali untuk bisa berkumpul kembali dengan istri dan anak-anak saya, saya ingin merajut kembali keluarga yang rukun, damai, dan sakinah tentunya.

Saya mohon saran dan masukan bu Rieny, Apa yang harus saya lakukan dan putuskan? Apakah tetap di Jogja atau ke K? Tolong koreksi sikap saya, Bu, agar saya lebih baik lagi dalam membina rumah tangga. Terima kasih, Bu.MU-Jogja

Baca Juga : Menyayat Hati, Petugas KPPS Ini Alami Keguguran Usai Kelelahan Jaga TPS 2 Hari Nonstop!

Jawab:

Mas MU yang baik,

Tentu saja, saya tak bisa memilihkan untuk Anda, ke Jogja atau ke K, karena ini adalah hidup Anda, dari awal pembahasan ini, saya mau ingatkan Anda bahwa seorang ibu tidak kita pilih untuk melahirkan kita, maka kita wajib mencintainya tanpa syarat. Membahagiakan beliau adalah sebuah keharusan, akan tetapi, istri adalah orang yang Anda pilih untuk menjadi pendamping Anda, ibu dari anak-anak yang Anda cintai, karenanya menjadi tugas dan tanggung jawab Anda untuk membuat mereka merasa nyaman, aman, bahagia, dan istri tak menyesal telah mengiyakan Anda sebagai suaminya.

Ketika Anda mau bersikeras mempertahankan mimpi indah untuk bisa mengumpulkan orang-orang yang Anda cintai di bawah satu atap, pada hemat saya Anda memperkecil kemungkinan munculnya solusi positif untuk mengatasi masalah ini, lebih penting lagi, Anda jadi seakan mencederai kepercayaan istri bahwa Anda memang serius ingin membahagiakan keluarga, bukankah setelah menikah, unit terkecil dari apa yang disebut keluarga inti untuk mas MU adalah istri dan anak-anak? Setelah itu, ada ibunda dan kakak-kakak yang merupakan bagian dari keluarga besar Anda.

Beberapa hal perlu Anda perbaiki dalam proses memecahkan masalah ini, yang pertama, di hati kita selalu ada tempat khusus untuk cinta ke ibu dan ayah kandung, ketika tiba saatnya menikah, maka adapula cinta untuk istri, dan kemudian anak-anak, akan tetapi ekspresi cintanya tentu berbeda, bukan? Maka hilangkanlah perasaan tidak nyaman ketika Anda seakan diharuskan memilih, dekat ke ibu atau berkumpul dengan keluarga.

Baca Juga : Dilarang Anak Nikah Lagi, Ririn Ekawati Kini Dekat dengan Dimas Back, Sifat Ini yang Buatnya Jatuh Hati!

Mas MU punya banyak ruang, kok, di hati untuk orang-orang yang dicintai tanpa harus membenturkan cara Anda menyayangi mereka dengan tingkat kenyamanan ibu ataupun istri, kalau Anda selalu mengaburkan batas antara rasa cinta pada keduanya, maka Anda harus siap hidup dengan rasa bersalah pada ibu di saat Anda dekat ke istri, sebaliknya, saat bisa seperti dulu, lahir dan besar sebagai si bungsu yang disayang keluarga, apakah Anda punya kiat yang bisa menjamin bahwa hati istri tidak terluka menyaksikan Anda yang belum bisa melepaskan diri dari pola hubungan seperti sebelum menikah?

Anda merasa kakak melihat Anda tidak tegas? Saya pikir, itu ada benarnya, kok, karena Mas MU sepertinya mau dapat semua, mau mempertahankan pola kehidupan saat bujangan, padahal sekarang sudah berkeluarga.

Pasti Anda sudah sering dengar ungkapan, mana ada menantu yang pantas buat anak laki-laki kesayangan ibu? Ketika ibunda tak kunjung bisa mengibarkan “bendera perdamaian” dengan menantunya, kebijaksanaan Anda lah jawaban tunggalnya, di satu sisi, Anda harus, lho, mengingatkan ibu bahwa kini Anda adalah ayah dan bukan hanya suami.

Baca Juga : Bak Pinang Dibelah Dua, Potret Bayi Gemas Ini Mirip dengan Capres Prabowo Subianto! Seperti Apa ya?

Untuk saat ini, Anda lebih sering meminta istri yang mundur sedikit bila terjadi konflik coba Anda mulai belajar untuk nyaman ketika sebagian besar waktu Anda dicurahkan untuk istri dan anak-anak, bukan berarti Anda menelantarkan ibu, karena yang terjadi Anda sedang menjalankan peran sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab, Anda bisa tetap memperhatikan ibu dengan cara yang berbeda dari saat Anda masih punya waktu penuh buat beliau.

Minta bantuan kakak Anda untuk mengisi kekosongan peran yang tidak bisa Anda lakukan sepenuhnya saat ini, juga untuk mengingatkan ibu bahwa Anda bukan si bungsu manja lagi yang bisa dimanja-manja, tapi sudah beranjak jadi orangtua dari anak-anaknya.

Tiada Batasan usia sebenarnya untuk mulai memantapkan karir, Kolonel Sanders yang punya resep Kentucky Fried Chicken, memulai bisnisnya setelah pensiun dari tentara, lho, tak kurang dari 60 tahun.

Saya tak perlu berpanjang-panjang lagi, kan, ya? Mas MU yang harus merubah cara berpikir dan cara mencintai, istri dan ibu kandung punya kebutuhan cinta yang tak sama, karenanya belajarlah menyeimbangkan kedua hal ini agar sama-sama merasa diperlakukan secara semestinya. Adil? Susah, mas MU, tetap saja yang satu akan merasa sedang tak diperhatikan, saat yang satunya sedang tenang dan adem-adem saja.

Baca Juga : Siap Nikahi Janda Kaya Lebih Tua 17 Tahun, Ajun Perwira Ajukan Syarat: Isinya Tentang Warisan Gitulah

 

Baca Juga : Gelar Pernikahan di GBK, Istri Mendiang Sys NS Pecahkan Rekor Muri

Mantapkan dulu pilihan kerja, ambil yang peluang pengembangannya bagus dan memberi imbalan uang memadai, sehingga anak-anak bisa makan yang bergizi, sekolah yang baik, dan kelak bisa punya rumah sendiri, jangan bosan mencoba untuk mengakurkan istri dengan ibunda, pastikan juga agar ibu makin sadar bahwa menantu bukanlah anak kandung, sehingga ada hal-hal yang harus dilakukan agar tetap nyaman bersama-sama.

Minta ke istri agar mau meyakini bahwa Anda sedang, dan akan terus mencoba, “menyapih” ibu agar makin ikhlas melepas anak bungsunya untuk merantau ke K, sekali lagi, Andalah yang harus lebih berperan, ya, ayo, jadilah semakin dewasa, yang artinya, pandai membangun visi kehidupan bersama istri, manfaatkan waktu bersama ibu sebaik mungkin, sehingga walau tak lama bertemu, beliau pasti happy, begitu, ya, sayangi keduanya, buat mereka percaya bahwa Anda tidak sedang membagi cinta, Anda justru sedang menumbuhkan rasa cinta ke ibu dan istri dengan cara serta tanggung jawab yang berbeda.

Salam hangat.(*)