Bukan Nastar, Ternyata Ini Kue Lebaran Khas Indonesia yang Sudah Ada dari Zaman Belanda

By Alsabrina, Rabu, 5 Juni 2019 | 10:00 WIB
Bukan Nastar, Ternyata Ini Kue Lebaran Khas Indonesia yang Sudah Ada dari Zaman Belanda (learnmore)

NOVA.id - Saat ini nastar, kastengel, putri salju, kue kacang, dan aneka varian kue kering lainnya agaknya telah menjadi sajian khas hari raya Idul Fitri atau lebaran masyarakat Indonesia.

Namun, ternyata bukan Nastar dan kue kering lainnya yang menjadi kue Lebaran khas Indonesia. Makanan yang satu ini justru jadi kue Lebaran khas Indonesia yang sudah ada dari zaman Belanda.

Tak salah jika setiap bulan Ramadan tiba keberadaan berbagai macam kue kering ini sangat mudah ditemui di pasaran.

Namun tahukah Sahabat NOVA, pada zaman dahulu, masyarakat Indonesia sama sekali tak mengenal kue kering, bahkan menyajikannya saat lebaran tiba. 

Tak cuma itu, ada pula kue Lebaran khas Indonesia yang sudah ada dari zaman Belanda lo!

Baca Juga: Denny Cagur Mengaku Selalu Berdoa Tiap Bertemu Arsy Hermansyah, Ternyata Ada Alasan Manis di Baliknya

Menurut Sejarawan Kuliner, Fadly Rahman, tradisi menyajikan kue kering baru muncul saat masa kolonial Belanda.

“Dulu masyarakat Indonesia menyajikan kudapan-kudapan daerah seperti yang kita kenal sekarang saat Lebaran. Seperti opak, seperti apem, rengginang yang sekarang itu sebetulnya masih ada.

Ternyata, rengginang, opak, dan kue apem merupakan kue Lebaran khas Indonesia dari zaman Belanda!

"Namun mereka berada di belakang bayang-bayang kue-kue Eropa ya seperti kastengel nastar yang sering kita jumpai sekarang yang dianggap lebih modern, lebih trendy,” ujar Fadly.

Baca Juga: Tips Mudah Membuat Nastar Tidak Retak yang Mudah Dipraktikkan

Pria yang juga merupakan pengajar program studi Sejarah Universitas Padjajaran ini menambahkan, kue-kue kering yang dikenal masyarakat Indonesia saat ini pertama kali diproduksi di Indonesia oleh orang Belanda.

“Bagaimana prosesnya bisa menjadi hidangan lebaran ini tidak bisa dilepaskan dari interaksi sosial budaya masyarakat Bumi Putera, masyarakat Islam Indonesia, dengan orang-orang Eropa.

"Dan pada masa abad ke-19 hingga 20 pengaruh budaya Eropa dalam hal kuliner itu begitu banyak diserap oleh masyarakat Indonesia. Di antaranya aneka kue yang secara nama saja itu bukan nama Indonesia begitu,” paparnya.

Baca Juga: Bak Punya Pohon Duit, Inul Daratista Kepergok Belanja Tas Branded Mahal untuk Parsel Lebaran Karyawan

Sejak saat itulah, sebagian masyarakat Indonesia mulai terpengaruh budaya kuliner Belanda dan mengalami perubahan selera.

Bahkan, menyajikan kue-kue kering di hari Lebaran juga dapat menunjukkan derajat sosial seseorang.

Saat itu, masyarakat Indonesia menengah ke atas sudah tak mau lagi menyajikan makanan-makanan tradisional yang terbuat dari sagu, tepung beras, tepung ketan, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Makan Banyak Saat Lebaran? Begini Cara Tepat Cegah Kolesterol

“Masyarakat Indonesia mulai merasa kue tradisional itu teksturnya lengket, kemudian tidak awet, tapi kalau kue-kue kering disajikan berhari-hari pun, berminggu-minggu pun akan tetap awet untuk disajikan termasuk dalam momen lebaran,” lanjut Fadly.

Baca Juga: Yuk, Kenalan dengan 7 Tradisi Lebaran Ketupat di Indonesia!

Meski demikian, saat ini tak hanya masyarakat menengah ke atas saja yang dapat menyajikan kue kering saat lebaran.

Harganya yang terjangkau dan alat produksinya yang semakin mudah ditemui membuat sajian ini dapat dinikmati siapa saja.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Inilah Kue Lebaran Orang Indonesia Sebelum Era Kolonial...