NOVA.id - Sedang ramai diperbincangkan di media sosial, Jakarta kini disebut sebagai kota dengan polusi terburuk sedunia.
Seperti dilansir dari Kompas.com (26/06), berdasarkan pemantauan AirVisual pada, polusi udara Jakarta tergolong yang terburuk di dunia.
Baca Juga: Bau Ikan Asin Kian Memanas, Hotman Paris Beri Jawaban Menohok Atas Sindiran Galih Ginanjar
Udara Jakarta masuk kategori unhealthy atau tidak sehat.
Saat menanggapi hal itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengaku belum belum melihat secara langsung data dari AirVisual.
Ia merasa udara di Jakarta sebenarnya baik-baik saja.
Baca Juga: Jakarta Jadi Kota dengan Polusi Udara Terburuk di Dunia, Dinas Lingkungan Hidup Angkat Bicara
Meski begitu, polusi udara yang buruk ini akan menurunkan kesehatan kita terutama pada saluran pernapasan.
Sebuah penelitian menyebutkan jika polusi udara akan merusak jantung dan paru-paru yang juga berdampak pada kesehatan otak.
"Ini bisa memiliki implikasi penting dan meresahkan bagi orang-orang yang tinggal dan bekerja di daerah perkotaan yang tercemar di seluruh dunia," ujar Laura Donken, penulis dari penelitian ini.
Baca Juga: Air Matanya Pecah, Ashanty Tolak Bersalaman dengan 6 ART yang Kompak Resign Mendadak, karena Gaji?
Seorang mahasiswa doktoral dan rekan-rekannya di Ohio State University mengekspos tikus untuk menyaring udara tercemar enam jam sehari, lima hari seminggu selama hampir setengah umur mereka yaitu 10 bulan.
Udara yang tercemar berasal dari mobil, pabrik, dan debu alami dan mengandung partikel halus sekitar sepertiga ukuran rambut manusia, 2,5 mikrometer, yang dapat mencapai area organ dalam yang dalam.
Konsentrasi partikulat meniru apa yang diekspos manusia di beberapa daerah perkotaan yang tercemar, klaim para peneliti.
Baca Juga: Butuh Asupan Buat Sarapan Pagi? Yuk, Bikin Sepiring Nasi Goreng Kemangi yang Sedap Ini!
Dalam studi sebelumnya pada tikus ditemukan bahwa partikel udara halus menyebabkan peradangan luas dalam tubuh dan dapat dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, diabetes, serta obesitas, dan para peneliti ingin memperluas temuan ini dengan melihat otak.
Profesor Randy Nelson, rekan penulis, mengatakan, "semakin kita belajar tentang efek kesehatan dari paparan polusi udara yang berkepanjangan, semakin banyak alasan yang perlu diperhatikan.:
"Studi ini menambahkan lebih banyak bukti dampak negatif polusi terhadap kesehatan."
Baca Juga: Tak Disangka, 2 Masalah Kesehatan Ini Cenderung Incar Anak Pertama!
Setelah 10 bulan paparan, tes perilaku dilakukan pada tikus termasuk tes belajar dan memori di mana setelah lima hari pelatihan mereka ditempatkan pada area yang terang benderang dan diberikan dua menit untuk menemukan lubang melarikan diri yang gelap di mana mereka akan lebih nyaman.
Tikus yang menghirup udara yang tercemar membutuhkan waktu lebih lama untuk mengetahui di mana lubang pelarian itu dan pada tes selanjutnya mereka lebih cenderung lupa di mana itu.
Dalam percobaan lain, tikus yang terpapar udara tercemar menunjukkan perilaku yang lebih mirip depresi dan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dalam satu tes, tetapi tidak pada yang lain.
Baca Juga: Bisa Bikin Perempuan Orgasme Berulang, Ini 4 Cara Untuk Maksimalkan Gairah Bercinta
"Kami ingin melihat hippocampus dengan hati-hati karena ini terkait dengan pembelajaran, memori, dan depresi."
Mereka melihat dendrit, yang merupakan cabang yang tumbuh dari sel-sel saraf atau neuron, yang memiliki proyeksi kecil yang tumbuh dari mereka yang disebut duri, yang mengirimkan sinyal dari satu neuron ke neuron lainnya.
Tikus yang terpapar udara tercemar memiliki lebih sedikit duri di bagian hippocampus, dendrit yang lebih pendek, dan keseluruhan kompleksitas kekurangan sel.
Baca Juga: Perumpaan Lantai dan Patung Jadi Tips Rahasia Kesuksesan Endah Watiningsih
Mereka juga menemukan beberapa peradangan di hippocampus dan pembawa pesan kimia yang lebih aktif yang menyebabkan peradangan pada tikus yang menghirup udara yang tercemar.
"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa jenis perubahan ini terkait dengan penurunan kemampuan belajar dan memori."
"Hippocampus sangat sensitif terhadap kerusakan yang disebabkan oleh peradangan."
Baca Juga: Waspada, Olahraga Berlebihan Bisa Sebabkan Penyakit Ini di Masa Tua Nanti
"Kami menduga bahwa peradangan sistemik yang disebabkan oleh menghirup udara yang tercemar sedang dikomunikasikan ke sistem saraf pusat," jelas Randy.
Tak hanya itu, para peneliti juga menemukan jika polusi udara bisa mengakibatkan seseorang akan kehilangan kenangan di otaknya.
Nah Sahabat NOVA, bagi yang tinggal di area Jakarta dan sekitarnya, bisa menggunakan masker untuk mengurangi risiko dan dampak polusi ini, ya. (*)