Pernikahan Darurat di Keraton Yogyakarta: 4 Anak Sultan Menikah di Depan Jenazah Sri Sultan Hamengku Buwono IX

By Alsabrina, Rabu, 26 Juni 2019 | 15:23 WIB
Pernikahan darurat di Keraton Yogyakarta (dok. NOVA edisi 34)

NOVA.id - Momen pernikahan tentunya menjadi momen spesial seumur hidup kita. Karena hal itulah biasanya kita akan persiapkan secara matang.

Namun, hal ini justru tak berlaku bagi pasangan asal Kanada yang tengah viral baru-baru ini.

Pasangan bernama Sky Howard dan Clay Cameron harus melakukan pernikahan darurat lantaran kondisi nenek Clay, Charlotte Bussard mulai menurun.

Baca Juga: Haru, Pasangan Ini Rela Menikah Darurat di Hadapan Sang Nenek yang Terbaring di Rumah Sakit

Ya, sebelumnya, Sky dan Clay akan menggelar pernikahan mereka pada 2020 mendatang.

Tak hanya di Kanada saja, di Indonesia pernah juga terjadi pernikahan darurat karena tak ingin ketinggalan momen bersama orang terkasihi.

Ini terjadi saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat pada 3 Oktober 1988 silam.

Raja Yogya yang dinobatkan pada tahun 1940 ini mangkat pada usia 76 tahun.

Baca Juga: Dicerai Anna Marisa 9 Tahun Silam, Gugun Gondrong Dikabarkan Siap Lepas Status Dudanya

Pada hari wafatnya itulah pernikahan darurat keempat anak Sri Sultan Hamengku Buwono IX dilakukan.

Bahkan, ini adalah kali pertama pernikahan darurat dilakukan di keraton.

Hal ini diceritakan seorang kerabat keraton pada Tim NOVA pada tahun 1988 silam.

“Ini baru pertama kali terjadi di kraton," ujar seorang kerabat kraton mengenai upacara akad nikah empat putra Sultan di muka jenazah.

Baca Juga: Pernikahannya Sempat Tak Direstui, Eza Gionino Kini Dikaruniai Anak Pertama

Ia menambahkan, "Sabdo Pendito Ratu, tak keno wola-wali. Sepisan dadi. (Sekali Raja bertutur, tak bisa ditarik lagi). Karena Ngarso Dalem sudah berniat menikahkan putranya, ya harus terlaksana."

Jumat siang (7/10/88) sebelum sembahyang Jumat, empat pasang pengantin naik ke Bangsal Kencono. Mereka duduk bersila di sebelah timur, menghadap jenazah.

Mempelai pria mengenakan beskap atela hitam polos sementara pengantin wanita berkebaya pendek tertutup warna hitam dipadu kain motif truntum.

Baca Juga: Forum Silaturahmi Keraton Nusantara Ajak 100 Raja dari Berbagai Daerah untuk Perkuat Identitas Indonesia

Tak seperti lazimnya pengantin Jawa, wajah mereka tidak dirias, hanya dahi mereka dikerik.

Hari itu dengan wali KGPH Mangkubumi dan saksi Sri Paku Alam VIII, keempat pasang mempelai ini dinikahkan.

Meski sedianya upacara itu direncanakan Sultan berlangsung Sabtu Pahing 5 November mendatang.

GBPH Pakuningrat resmi menjadi suami Nurita Avridiana. Akad nikah dilaksanakan di depan jenazah ayahnya. (dok. NOVA edisi 34)

Baca Juga: Sempat Terancam Hukuman 20 Tahun di Penjara, Jennifer Dunn Tertangkap Kamera Bersama Faisal di Bali

Usai ijab kabul, dengan lampah bocong (jajan jongkok) meninggalkan bangsal. Suara azan dzuhur berkumandang dari Masjid Agung.

"Tak mampu saya menggambarkan dengan tepat, bagaimana perasaan saya," kata GBPH Yudaningrat, salah satu putra Sultan, sambil mendekapkan tangan ke dadanya.

Ia kebetulan ditunjuk sebagai ketua kelompok tari Yogya yang berangkat ke Jepang beberapa hari sebelum Sultan wafat.

Baca Juga: Pelawak Nurul Qomar Ditahan Atas Dugaan Pemalsuan Ijazah Saat Calonkan Diri Jadi Rektor Universitas

"Di Tokyo kelihatannya Bapak sehat-sehat saja. Bahkan nampak senang dan puas melihat pertunjukan tari itu," tutur pengantin baru ini.

Dengan menundukkan kepala, istrinya, Endang Hermuningrum mengatakan, "Tentu saja saya bahagia, karena kami kini resmi sebagai suami-istri. Namun saya juga sedih sekali.

"Mestinya kan perkawinan kami tidak begini. Ternyata Tuhan menghendaki lain," kata anak ke enam dari 8 bersaudara asal Yogya ini dengan mata basah.

Baca Juga: Dari Roma Menuju Venice, Maia Estianty Perlihatkan Menu Makan Malam untuk Diet Ketonya yang Seharga Puluhan Juta Rupiah

Duka juga nampak menyelimuti wajah mempelai lainnya, GBPH Cakraningrat, putra Sultan dari KRAy Ciptomurti. Ia merasa amat kehilangan.

"Soalnya sejak kecil saya serumah dengan Bapak di Jalan Mendut, Jakarta. Makan semeja, ngobrol."

Tidak seperti saudaranya yang lain yang tinggal di keraton, ia lebih banyak menikmati saat-saat bersama sang ayah.

Baca Juga: Bau Ikan Asin Kian Memanas, Hotman Paris Beri Jawaban Menohok Atas Sindiran Galih Ginanjar

Baca Juga: Jakarta Jadi Kota dengan Polusi Udara Terburuk di Dunia, Dinas Lingkungan Hidup Angkat Bicara

"Saya benar-benar bisa merasakannya sebagai seorang ayah dalam keluarga biasa. Akrab, hangat," ujarnya sambil menatap peti jenazah ayahnya dari kejauhan.

Sekali lagi ia menoleh ke Bangsal Kencono, tempat jasad Sultan disemayamkan sebelum akhirnya masuk ke Kaputren bersama saudara-saudaranya yang lain.

KRAy Hastungkoro dan KRAy Pintoko Purnomo. (dok. NOVA edisi 34)

Ketika upacara pernikahan darurat empat putra Sultan berakhir, seperti tak sabar KRAy Hastungkoro, istri Sultan ingin melihat wajah suaminya yang terbujur kaku dalam peti indah berlapis kaca.

Baca Juga: Air Matanya Pecah, Ashanty Tolak Bersalaman dengan 6 ART yang Kompak Resign Mendadak, karena Gaji?

Setelah menghatur sembah dan mencium peti jenazah di bagian kaki Sultan, dipandanginya lekat-lekat wajah almarhum suaminya sambil terisak pelan hingga akhirnya Sang Sultan dimakamkan. (*)