NOVA.id - Berkarier di dunia seni peran membuat Ali Syakieb tak sembarangan menerima tawaran akting, dia pasti mengambil peran yang sesuai dengan keinginannya. Jadi ya jujur saja kalau Ali pilih-pilih peran yang akan dia mainkan.
“Entar kalau dikasih peran banci gimana? Yang jelas aku milih-milih, tapi enggak terlalu idealis banget,” ungkap Ali sambil tertawa saat ngobrol santai di Redaksi NOVA beberapa waktu lalu.
Rupanya, Ali yang sudah malang-melintang di dunia sinetron mengaku punya cerita sendiri soal peran banci. Sebelumnya, adik bintang sinetron Nabila Syakieb ini malah sering dipercaya memerankan sosok ustaz.
“Aku ketipu di lokasi (syuting, red.). Jadi (temen-temen) di lokasi tau kalau aku udah paling malas sama karakter banci,” tutur Ali.
Ali kemudian cerita, kenapa dia sampai merasa “tertipu” di lokasi syuting saat diminta memerankan banci.
Awalnya, ada kru kostum yang mondar-mandir di hadapannya. Merasa risi dan rada terganggu, Ali pun menegur. “'Ngapain sih rusuh banget dari tadi?' Terus dia bilang, 'Enggak, gue lagi nyariin wig'. Buat siapa? 'Katanya, Kan lo jadi banci'. Hah? Gue enggak tahu.” ucap Ali menirukan percakapannya kala itu.
Ali pun langsung komplain ke produser, meskipun akhirnya dia jalani juga perannya itu.
Belakangan, aktor asal Bogor ini mengaku santai aja begitu akhirnya diminta meranin banci. Sambil tersenyum Ali bilang, “Seru juga sih, mainin karakter yang unik. Walaupun enggak bisa, tapi begitu dapat ya seru."
meski pernah meranin karakter banci, tapi ya itu tadi, karakter ustaz diakui Ali sudah sangat melekat padanya.
Bahkan dalam film terbarunya berjudul Makmum, dia juga diminta memerankan sosok ustaz bernama Ganda.
Karakter Ganda jadi tantangan sendiri buat Ali. Baginya, meranin ustaz di film punya tingkat kesulitan yang cukup tinggi dibanding akting di sinetron.
"Ya, mungkin kalau di sinetron (bacaan ayat suci Alquran, red.) dubbing aja udah gampang ada gambar kan, tapi kalau di film tuh enggak bisa, ini challenge gue nih, harus gue yang main. Gitu,” kata Ali.
Ali juga diminta untuk menghapal surat As-saffat, yang sama sekali belum pernah dia dengar.
“Masalahnya besok pagi mau di-take, jam 11 malam baru disuruh ngapalin. Jadi seharian banget ngapalin. Kan, bacaan-bacaannya harus benar. Biar saat kita baca (ayat) pas rukiah, pakai emosi. Jadi enak. Bukan sekadar ngapalin, tapi memang udah benar-benar di luar kepala,” tutur Ali.
Selain jadi ustaz, Ali yang berusia 32 tahun ini juga ingin mencoba karakter baru, agar sosoknya tak terpaku pada satu karakter saja.
“Mudah-mudahan aja dapat kayak komedi. Cerita-cerita ringan kaya orang slengean. Kan selama ini dapet karakter yang serius ha-ha-ha. Capek sih enggak, cuma takutnya orang malah boring,” jelas Ali tertawa. (*)