Tutty berpikir, alangkah sayangnya pelatihan yang diberikan jika tak dipraktikkan dan dikembangkan.
Kata Tutty, “Saya dan tiga teman lainnya lalu membentuk kelompok bernama Srikandi. Aneka motif shibori kami praktikkan, sampai paham betul di mana letak kelebihan dan kekurangannya.”
Ternyata Tutty makin tertarik dengan shibori, dia bahkan mulai membuat beberapa karya, terus memotretnya, lantas dipajang di laman Facebook-nya.
Baca Juga: Mengintip Keunikan Suku Baduy di Lebak Banten, Sangat Menjunjung Tinggi Nilai Adat
Tanpa disangka, dari hanya iseng memajang, shibori karyanya itu kemudian diminati orang.
Mereka bersedia membeli shibori karya Tutty.
“Yang membuat saya bingung, si pembeli memesan lagi selusin (shibori). Lain hari, ada lagi yang beli, tapi dengan syarat minta dilatih cara membuat shibori. Modal nekat saja, permintaannya saya iyakan,” cerita Tutty senang.
Permintaan shibori karya Tutty terus berkembang, hingga suatu hari dia akhirnya memutuskan untuk membuka usaha dengan nama Kana Shibori.