Jangan Ragu ke Psikolog, Kesehatan Mentalmu Juga Perlu Dirawat

By Aghnia Hilya Nizarisda, Jumat, 13 September 2019 | 11:35 WIB
Jangan pernah ragu pergi ke psikolog. Sebab kesehatan mental juga perlu dirawat. (RapidEye)

NOVA.id - Pernahkah Anda memeriksakan diri sendiri apakah benar baik-baik saja?

Bukan cuma soal kesehatan fisik ya, tapi juga kesehatan mental.

Jika belum, segera cek, karena jangan sampai Anda jadi satu dari 6,1% orang Indonesia yang mengalami depresi pada usia 15 tahun ke atas.

Baca Juga: Penuh Air Mata, SBY Ungkap Ulang Tahun Pertama Tanpa Ani Yudhoyono: Tak Ada Lagi yang Memeluk Saya

Lebih menyedihkannya, ternyata, hanya 9% yang mencari pertolongan atau bantuan.

Padahal psikolog klinis, Kasandra Putranto, mengungkapkan kalau depresi diperkirakan menjadi pembunuh nomor dua di tahun 2020.

Kalau jiwanya saja tak sehat, bagaimana bisa tubuh jadi kuat?

Baca Juga: Jeritan Hati Aliya Rajasa di Hari Ulang Tahun SBY Tanpa Ani Yudhoyono: Yang Pepo Jalani Sangat Tidak Mudah

Ya, kita sering tak sadar dengan “luka” mental atau psikologis.

Kalau luka fisik (ibaratnya kita sakit batuk), sakitnya jelas terasa, sehingga kita dengan segera mencari pengobatan.

Tapi kalau luka mental, belum tentu kita sadar.

Baca Juga: Berulang Kali Minta Maaf pada Keluarga Korban Kecelakaan, Dul Jaelani: Saya Dapat Pelajaran Berharga

Padahal, semestinya, kalau luka fisik kita ke dokter, kalau yang luka mentalnya ya ke psikolog.

Kalau luka fisik kita tak perlu menunggu kanker dulu baru ke dokter, begitu pun luka mental, semestinya kita tak perlu menunggu ada gangguan parah baru ke psikolog.

Tapi sayangnya, masih banyak yang beranggapan bahwa yang pergi ke psikolog itu hanyalah orang yang mengalami gangguan kejiwaan alias sakit jiwa.

Baca Juga: Berita Terpopuler: Anak Elza Syarief Minta Maaf Setelah Unggah Video Vulgar Nikita Mirzani hingga Bebby Fey Ungkap Barang Bukti Pelecehan Seksual

Salah satu yang merasakannya ialah Marcelia Huang (26), seorang karyawati di Jakarta.

Baginya, ke psikolog bukan jadi pilihan pertamanya karena stigma yang melekat masih memberatkan. 

Itu pula yang dialami aktris ternama Marshanda (30) yang merasa tak butuh ke psikolog saat disarankan rekannya.

Baca Juga: Marshanda: Pergi ke Psikolog Bagai Ubah Racun Jadi Harta Karun

Marshanda bilang, “Awalnya aku enggak mau, bukan takut tapi aku merasa baik-baik saja, kok.

Selama ini hidupku juga baik, apaan sih suruh-suruh.”

Ternyata, bukan cuma pasien yang datang ke psikolog yang mendapat sebutan “sakit jiwa”, sang psikolognya juga demikian.

Baca Juga: Lama Tak Terdengar Kabarnya Usai Cerai, Cathy Sharon Kini Jualan Sayur Demi Hidupi Dua Buah Hatinya

Mendirikan tempat praktik sendiri sejak 1998, psikolog Kasandra bercerita bahwa tempatnya disebut “Rumah Gila Kasandra”.

Bisa begitu karman memang, awalnya yang datang hanya orang gila hingga tak ada mobil yang berani parkir di depan rumahnya.

Check Up Dulu Saja

Infografis Kalau Mau ke Psikolog (Irfan Maki/NOVA)

Pergi ke psikolog itu bukan berarti gila, lho, demikian yang ditegaskan oleh Kasandra.

Orang yang sehat dan baik-baik saja perlu untuk pergi ke psikolog.

Bagaimanapun kesehatan mental butuh dirawat, apalagi selagi sehat.

Lho, buat apa?

Baca Juga: Jefri Nichol Terancam 12 Tahun Penjara, Sang Pengacara: Kami Tak Ajukan Eksepsi

Menurut Kasandra, kesehatan mental butuh dirawat ibarat kesehatan fisik.

Kita pergi melakukan medical check up ke dokter, maka kita pun sama perlunya melakjukan psychological check up. Dan itu ke psikolog.

"Periksakan psikologis itu penting, mau dia anak, balita, remaja, dan dewasa,” jelas Kasandra ditemui di kantornya di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Namanya check up tentu tidak harus ada masalah dulu.

Lagipula, kalau ada masalah psikologis, belum tentu “penyakitnya” kelihatan.

Baca Juga: Kelewat Polos, Mikhayla Akui Kecantikan Mamanya Bak ART di Rumah, Nia Ramadhani: Untung Papa Nggak Lihat!

Check up dulu saja karena tidak ada salah dan ruginya. Jangan tunggu sampai stres dan depresi.

"Jangan tunggu sampai sakitnya bernanah dan borok di dalam,” ujar Kasandra menegaskan.

Kasandra amat menyayangkan kesadaran masyarakat akan kesehatan mental masih saja buruk.

Meskipun dibandingkan saat pertama kali buka praktik, semakin ke sini semakin membaik.

Salah satunya ya dari jumlah klien yang bertambah.

Baca Juga: Seminggu Usai Melahirkan Anak ke-2, Penampilan Terbaru Sandra Dewi Sukses Curi Perhatian

Padahal, “Meski saya praktik di sini sendirian, kami psikolog tidak bekerja sendiri.

"Pintu untuk ke psikolog sudah luas," tegas Kasandra.

Memang betul. Contohnya saja di sekolah anak kita.

Sekolah sudah menyediakan psikolog, sehingga ketika anak memiliki masalah bisa dilakukan konsultasi.

Kantor dan rumah sakit pun menyediakan psikolog, sehingga jalan untuk kita melakukan check up psikologis sebetulnya sudah banyak dan terbuka lebar.

Minimal Sembilan Kali

Idealnya, kita datang ke psikolog sebelum muncul masalah alias datang untuk check up.

Nah, pertanyaan berikutnya adalah, kapan kita perlu pergi ke psikolog untuk check up?

Baca Juga: Pergi ke Pesta Ulang Tahun Ayu Dewi Tanpa Suami, Zaskia Sungkar Ternyata Dijemput oleh Supir Mahal! Siapa ya?

Menurut Kasandra, paling enggak minimal selama hidup, kita 9 kali perlu ke psikolog.

Kasandra merincikan sembilan kondisi itu ialah saat anak-anak minimal usia 4 tahun, umur 6 tahun untuk lihat kesiapan anak sekolah.

Lalu, kelas 6 SD (peralihan menuju SMP), lalu SMP (peralihan menuju SMA) sekaligus tes minat dan bakat, juga setelah lulus SMA, mau mengambil jurusan kuliah.

Baca Juga: Masuk Ruang Tahanan Dengan Tangan Diborgol, Jefri Nichol Minta Doa di Sidang Pertamanya

Sedangkan di masa dewasa, kondisi di mana kita perlu ke psikolog adalah saat kita akan memasuki dunia kerja, saat memutuskan akan menikah (untuk memastikan yakin atau belum).

Kemudian, saat ingin punya anak (untuk memastikan sudah siap atau belum untuk membesarkan anak), hingga saat memutuskan untuk pensiun kerja.

“Anak itu pabrik manusia. Kita harus bisa menjaga dan merawat jiwa raga anak dari kecil.

"Oleh karena itu, sebelum benar-benar menjadi orangtua, harus meyakinkan supaya anak-anaknya berkualitas,” tegas Kasandra.

Baca Juga: Demian Angkat Bicara Saat Aksi Berbahayanya Disebut Gagal oleh Netizen

Makanya, kata Kasandra, check up itu juga penting dilakukan untuk pasangan.

“Mulai dari pemeriksaan pranikah, sebelum merencanakan kehamilan, setelah melahirkan. Untuk mengantisipasi dan menyelesaikan konflik,” ujar Kasandra.

Namun perlu diingat, jika ingin psychological check up, jangan sampai salah tujuan, berujung tak percaya pada psikolog.

Baca Juga: Usai Unggah Video Vulgar Nikita Mirzani, Anak Angkat Elza Syarief Justru Mohon Maaf pada Sang Bunda

Rupanya, bak dokter, psikolog punya spesialisasi sendiri seperti kesehatan, pendidikan, anak, industri, dewasa, hingga penerbangan.

Cara Tepat Pilih Psikolog (G.M.Aryodhia.P.S/NOVA)

“Kita harus datang ke psikolog yang tepat.

"Jangan sampai mau psychological check up tapi ke psikolog penerbangan, ya itu enggak cocok.

"Harusnya ke psikolog klinis atau kesehatan,” ungkap Kasandra sambil tertawa.

Kasandra menekankan kunci utama saat berniat ke psikolog ialah cari kredensial dan ketepatan psikolog tersebut.

Baca Juga: Usai Unggah Video Vulgar Nikita Mirzani, Anak Angkat Elza Syarief Justru Mohon Maaf pada Sang Bunda

Kedua, jam terbang, dan terakhir baru cocok-cocokkan.

Tapi Kasandra menjelaskan, “Yang cocok-cocokkan itu cara mengarahkannya.”

Sebenarnya, kalau untuk curhat, kita bisa juga, kan ya, cerita ke teman.

Baca Juga: Syahrini Jawab Kabar Kehamilannya, Istri Reino Barack Akhirnya Mohon Doa

 

 

Tapi menurut Kasandra, salah tempat curhat, dampaknya bukan hanya pada diri sendiri tapi bisa jadi membebankan si dia yang mendengarkan.

Makanya, “Psikolog itu mengarahkan agar curhatannya terstruktur dan enggak ke mana-mana.

"Semua keputusan akan dikembalikan kepada orangnya,” jelas Kasandra.

Tapi yang pasti, jangan harap kita dapat jawaban atau solusi pasti dari psikolog.

Lho, kok begitu?

Baca Juga: Agus Yudhoyono Ungkap Kebiasaan Ani Yudhoyono Saat Rayakan Ulang Tahun SBY

Ya, karena, seperti kata Kasandra, “Psikolog itu tidak memutuskan, tetapi memberikan alternatif-alternatif.”

Jika kini masih ada yang takut dan ragu ke psikolog karena stigma yang ada, bagi Kasandra, pengetahuan orang tersebut masih rendah.

Nah, Anda bukan salah satunya, kan? Jangan sampai keburu ada gangguan, ya! (*)