Angka Stunting Tinggi di Indonesia, Mari Cegah dengan Lakukan Cara Ini

By Dionysia Mayang Rintani, Sabtu, 21 Desember 2019 | 20:16 WIB
Angka Stunting Tinggi di Indonesia, Mari Cegah dengan Lakukan Cara Ini (istock)

NOVA.id – Untuk perkembangan optimal, buah hati kita memiliki kebutuhan primer hingga tersier, termasuk soal kesehatan dan pemenuhan gizi.

Kita sebagai orangtua pasti selalu menginginkan anak kita tumbuh dengan baik, bukan?

Namun nyatanya, di Indonesia masih banyak anak yang mengalami gizi buruk.

Baca Juga: Belajar Jadi Menyenangkan, GridKids Hadir dengan Banyak Info Pengetahuan untuk Anak-Anak! Pssst, Ada Giveaway Lo

Menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah anak kurang gizi di Indonesia mencapai 8 juta orang.

Indikator gizi buruk yang menimpa anak-anak dapat dilihat dari persentase angka indeks ambang batas kekurangan gizi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Indeks berat badan per usia anak di Indonesia memiliki angka sebesar 17% indeks tinggi badan per usia sebesar 27,5% dan indeks tinggi badan per berat badan sebesar 11%.

Baca Juga: Begini Tipsnya Agar Anak Tak Rewel Saat Melakukan Road Trip

Sementara, indeks ambang batas angka kekurangan gizi menurut WHO berturut-turut adalah 10%, 20%, dan 5%.

Angka persentase yang berada di atas ambang batas ini semakin mempertegas bahwa gizi buruk masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius di Indonesia.

Kekurangan gizi memicu berbagai dampak.

Baca Juga: Persiapkan Anak Hadapi Masa Depan, Mari Kembangkan Karakter Resilient

Tak hanya membuat tubuh anak terlihat kurus, kekurangan gizi juga bisa memengaruhi perkembangan otak yang berujung pada rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Anak kita akan rentan terhadap berbagai penyakit dan perkembangan organ tubuh, bahkan kognitifnya pun terganggu.

Bila anak kita sudah mengalami kekurangan gizi kronis, anak berpotensi mengalami stunting.

Baca Juga: Siapkan 3 Hal Ini Supaya Anak Nyaman Saat Liburan Pakai Mobil

Stunting kerap terjadi ketika sang ibu gagal mengoptimalkan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) karena hamil kembali.

Ketika hal ini terjadi, kita tak hanya berbagai pada bayi yang disusui, tapi juga kepada bayi yang dikandung.

Akibatnya, asupan gizi anak menjadi tak maksimal sejak awal kehidupan.

Baca Juga: Gemar Mendongeng Juga Miliki Manfaat untuk Si Kecil Lo! Apa Saja?

Seribu HPK menjadi fondasi seorang anak untuk menjalani kehidupan berikutnya yang disebut dengan golden period atau periode emas.

Dengan memberi jarak kehamilan, ibu dan anak jadi mendapat nutrisi yang optimal di 1.000 HPK, yaitu sejak 9 bulan di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.

WHO dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyarankan agar jarak antar-kehamilan sebaiknya dua hingga tiga tahun.

Baca Juga: Liburan Keluarga Telah Tiba, Jangan Lupa Bawa Sterilizer untuk Jaga Kesehatan Anak

Hal tersebut dikarenakan jarak antara dua kehamilan yang terlalu dekat, kurang dari 12 bulan, selain berdampak pada gizi anak juga dapat berdampak untuk kita.

Tak menutup kemungkinan timbul komplikasi serius pada kehamilan maupun ketika proses melahirkan.

Dengan fakta ini, maka kita perlu memperhatikan kebutuhan buah hati kita dan memberikannya yang terbaik demi perkembangan yang optimal, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupannya.

Baca Juga: Wah, Bermain di Ruang Publik Terbuka Bisa Tingkatkan Kualitas Hidup Anak

Pentingnya pencegahan stunting juga menjadi perhatian dari Kementerian PPN/Bappenas.

Untuk itu, Kementerian PPN/Bappenas yang didukung oleh NOVA menggelar seminar pencegahan stunting, Peran Penting Ibu di 1000 Hari Pertama Kehidupan.

Acara ini digelar di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, pada Sabtu, (21/12).

"Anak-anak yang stunting akan cenderung mengalami gangguan perkembangan," jelas R. Giri Wurjandaru, SKM., M.Kes., Kepala Direkotrat Kewaspadaan Gizi Kesehatan Masyarakat, Kementrian Kesehatan.

Untuk mencegah stunting maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan.

Turut hadir dalam acara ini, Pungkas Bahjuri Ali, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas, berbagi informasi soal tantangan yang ada dalam pencegahan stunting.

Sementara, Hana K. Wadoe dari Save The Children Yayasan Sayangi Tunas Cilik mengingatkan peran penting dari ibu dalam memenuhi kebutuhan buah hati, yang juga memerlukan dukungan penuh dari lingkungan sekitar. (*)