Mengaku Sebagai Induk dari Seluruh Negara di Dunia, Keraton Agung Sejagat di Purworejo Resahkan Warga

By Presi, Selasa, 14 Januari 2020 | 17:10 WIB
Mengaku Sebagai Induk Dari Seluruh Negara di Dunia, Keraton Agung Sejagat di Purwokerto Resahkan Warga (Tangkap layar Kompas TV)

NOVA.id – Sebuah kelompok yang menamakan diri sebagai Keraton Agung Sejagat (KAS) kini tengah viral di media sosial.

Pasalnya, Keraton Agung Sejagat ini mengklaim diri sebagai induk dari seluruh negara di dunia.

Keberadaan Keraton Agung Sejagat ini membuat warga sekitar resah dan merasa terganggu dengan aktivitas mereka.

Baca Juga: Tampil Menawan dengan Koleksi Perhiasan Puspita Putri Keraton Yogyakarta dari Tulola

Kelompok yang bermarkas di Desa Pogung Jurutengah, Purworejo ini memiliki pemimpin yang disebut Sinuwun alias Totok Santosa Hadinigrat.

Sinuwun juga memiliki pasangan yang biasa disebut Kanjeng Ratu alias Dyah Gitaraja.

Dilansir dari Sosok.id, sampai saat ini Keraton Agung Sejagat memiliki hampir sebanyak 450 jumlah pengikut.

Baca Juga: Teddy Selalu Dicibir Warganet, Putri Delina Justru Bela Sang Ayah Tiri Hingga Mendoakan yang Terbaik

Selain itu, Keraton Agung Sejagat mengaku memiliki tujuan yang mulia.

Keraton Agung Sejagat mengatakan bahwa kelompok tersebut bersedia menjadi wadah terkait konflik yang ada di dunia ini.

KAS mengklaim akan memperbaiki kedautan, sistem bernegara, dan sistem ekonomi secara moneter ataupun global.

Baca Juga: Berita Terpopuler: Foto-Foto Kebersamaan Manohara dengan Pacar Barunya Hingga Sule Diberi Rokok oleh Teddy

"Kita umumkan kepada dunia Keraton Agung Sejagat sebagai induk daripada seluruh kingdom state tribune colony atau republik yang ada di dunia ini menyatakan menjadi jondang (kotak) terhadap konflik yang terjadi di seluruh dunia. Dengan memperbaiki sistem kedaulatan, sistem bernegara, sistem ekonomi dan moneter secara global," kata Sinuwun.

Meskipun memiliki tujuan yang mulia, keberadaan Keraton Agung Sejagat ternyata membuat warga resah.

Dilansir dari Kompas.com (14/01), keresahan warga ini pun menarik perhatian pihak kepolisian setempat.

Baca Juga: Adi Bing Slamet Ungkap Fakta Selama Jadi Penganut Aliran Sesat

Polres Purworejo berencana akan menemui pemimpin kelompok KAS.

“Kami mengetahui informasi tersebut, namun tindak lanjut belum bisa sampai langkah hukum dan kita akan bareng-bareng melakukan klarifikasi," kata Wakapolres Purworejo Kompol Andis Arfan Tofani, Senin (13/01).

Tofani mengatakan, informasi terkait keberadaan kelompok ini pun sudah diterima dari Camat Bayat, Kades Pogung Jurutengah hingga Bupati Purworejo.

Baca Juga: Anggun Berbalut Batik, Intip 5 Gaya Istri Sandiaga Uno yang Bak Perempuan Keraton!

Penasihat Keraton Agung Sejagat, Resi Joyodiningrat menegaskan bahwa Keraton Agung Sejagat bukan aliran sesat seperti yang dikhawatirkan masyarakat.

Ia mengatakan bahwa KAS merupakan kerajaan dunia yang muncul karena berakhirnya perjanjian 500 tahun yang lalu, terhitung sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu imperium Majapahit pada 1518 sampai dengan 2018.

Perjanjian 500 tahun tersebut dilakukan oleh Dyah Ranawijaya sebagai penguasa imperium Majapahit dengan Portugis sebagai wakil orang barat atau bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka pada 1518.

Baca Juga: Berbalut Kebaya Merah, Anggunnya Titiek Soeharto Mantan Istri Prabowo Bak Perempuan Keraton

 

 

Dengan berakhirnya perjanjian tersebut, Rosi mengatakan, maka berakhir pula dominasi kekuasaan barat mengontrol dunia yang didominasi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II.

Ia juga menjelaskan bahwa kekuasaan tertinggi harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagat sebagai penerus Medang Majapahit yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.

Bangunan keraton tersebut berbentuk seperti pendopo yang belum selesai pembangunannya.

Baca Juga: Tampil Bak Keluarga Keraton, Soimah Bagikan Potret Jadul Pernikahannya 16 Tahun Lalu

Terdapat sebuah kolam di sebelah utara keratin tersebut yang keberadaannya sangat disakralkan dengan sebuah batu prasasti yang disebut Prasasti I Bumi Mataram.

Prasasti tersebut bertuliskan huruf Jawa, di kiri prasasti ada tanda dua telapak kaki, dan di bagian kanan ada semacam simbol.(*)