Matcha tidak sama dengan teh hijau biasa.
Matcha dihaluskan menjadi bubuk, sedangkan teh hijau biasanya diseduh dalam bentuk daun.
Selain itu, proses produksi matcha yang lebih kompleks juga membuatnya memiliki harga yang lebih tinggi.
Info lebih lanjutnya silahkan simak artikel di bawah ini.
NOVA.id – Sering dikira sama, namun ternyata ada perbedaan antara green tea dengan matcha.
Seperti yang dijelaskan Ratna Soemantri, pakar teh dari Indonesia Tea Institute, matcha berbeda dengan green tea, mulai dari cara pengolahan hingga rasanya.
Baca Juga: Tak Mau Penuaan Dini? Stop Kopi, Mendingan Minum Matcha Saja!
“Matcha itu asalnya dinikmati sebagai minuman seremonial dalam upacara-upacara meditasi di kalangan bangsawan,” ujarnya pada Hari Matcha Nasional yang digagas oleh Matchamu, pada 14 Januari 2020 di bilangan Jakarta Selatan.
Pada akhirnya, matcha kemudian diolah sebagai sebuah rasa yang baru di Jepang, tambahnya.
Walau diolah dari tanaman yang sama, matcha berbeda dengan minuman teh hijau biasanya.
Baca Juga: Tak Sekadar Teh Hijau, Inilah 5 Manfaat Matcha Bagi Tubuh Kita
Ratna menjelaskan, untuk mendapatkan matcha yang asli, daun teh hijau harus melewati proses yang begitu panjang sampai pada akhirnya menjadi serbuk matcha.
Sedangkan teh hijau hanya melewati proses pemetikan kemudian penyeduhan.
“Proses membuat matcha itu sangat-sangat complicated, jadi nggak mungkin matcha dijual dengan harga sangat murah,” jelas Ratna.
Hal ini juga disetujui oleh Lintang Wuriantari, Tea Executive Officer Matchamu.
“Di Jepang, perfecting the matcha processing adalah harta yang diwariskan turun temurun di keluarga pembudidaya,” jelasnya.
Karena itulah, menghargai setiap tahap dalam matcha processing menjadi faktor yang menentukan demi menghasilkan kualitas matcha terbaik.
Pengolahan matcha juga berbeda dengan daun teh pada umumnya.
Beberapa minggu sebelum dipetik, daun teh akan ditutup agar tidak terkena sinar matahari.
“Matcha adalah teh hijau berbentuk bubuk yang dalam prosesnya sebelum dipetik, ditutup untuk mengurangi asupan sinar matahari,” tambah Ratna.
Dikuranginya paparan sinar matahari dilakukan untuk membuat kandungan polifenol tinggi, sehingga manfaat dan rasanya berbeda dengan teh lainnya.
“Pohon tehnya tidak banyak sinar matahari supaya polifenolnya tinggi, jadi rasanya lebih manis, warna lebih hijau, dan rasa khas umami, gurih atau creamy yang sangat sedikit ditemukan di teh lain,” lanjutnya.
Proses setelah dipanen pun berbeda.
“Setelah dipanen, disimpan tidak lebih dari sehari dalam bentuk cacahan, sehingga antioksidan tetap ada tapi oksidasinya tidak berjalan cepat,” jelas Lintang.
Pada kesempatan yang sama, Matchamu menggagas Hari Matcha Nasional untuk lebih mengapresiasi matcha dan perkembangannya di tanah air.
Matchamu sendiri belajar banyak nilai penting dari bagaimana matcha dihasilkan.
Value inilah yang selalu dijaga dengan baik, dari awal Matchamu lahir hingga menjadi skala manufaktur. (*)