Stres Saat Hamil Bisa Ubah Jenis Kelamin Janin? Begini Penjelasannya

By Alsabrina, Senin, 27 Januari 2020 | 09:00 WIB
Stres saat hamil bisa ubah jenis kelamin (iStockphoto)

NOVA.id - Stres adalah hal yang bisa terjadi pada siapa saja termasuk ibu hamil.

Sayangnya menurut penelitian tingkat stres pada ibu hamil dapat mengubah jenis kelamin janin, apakah akan menjadi bayi perempuan atau bayi laki-laki.

Ibu hamil yang mengalami tingkat stres rendah akan melahirkan lebih banyak bayi laki-laki dibanding perempuan berdasarkan penelitian baru dari Columbia University.

Baca Juga: Intip Tips Perencanaan Keuangan Keluarga Ini Biar Tak Kehabisan Uang di Akhir Bulan

Hal itu terjadi karena janin laki-laki lebih sulit untuk bertahan hidup tatkala ibu stres. 

Oleh sebab itu, penting sekali sebagai ibu hamil kita mendapatkan dukungan fisik dan emosional dari suami atau orang terdekat.

"Beberapa studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa stres juga memengaruhi populasi jumlah laki-laki dibanding perempuan," jelas Dr. Catherine Biksu, profesor psikologi medis dan direktur kesehatan mental perempuan di Columbia University Irving Medical Center.

Baca Juga: Ibu Hamil Dilarang Makan Durian, Mitos atau Fakta? Simak Penjelasannya Menurut Para Aali

Menurut data WHO, dalam setiap 100 kelahiran bayi perempuan, ada 105 bayi laki-laki yang dilahirkan.

Hal ini akan berlangsung konsisten kecuali sang ibu mengalami stres.

Sebuah penelitian tahun 2012 menemukan bahwa ibu-ibu yang selama hamil alami gempa-gempa bumi di Chili melahirkan lebih sedikit anak laki-laki.

Baca Juga: Tubuhnya Dibanding-bandingkan dengan Ibu Hamil Lain, Shandy Aulia Beri Pesan Bijak untuk Para Suami

Para ilmuwan percaya hal ini terjadi karena janin laki-laki merespons stres secara berbeda daripada janin perempuan di dalam rahim.

Untuk lebih memahaminya, para peneliti mengalisa lebih lanjut lagi seputar stres psikososial, stres fisik, dan stres karena gaya hidup. 

Bahan analisa ini diambil dari survei dan jurnal berisi data tentang 187 orang ibu hamil yang sehat, dengan usia antara 18-45 tahun.

Penilaian berlangsung selama 12-22 minggu, 23-28 minggu, dan 34-36 minggu kehamilan.

Yang diukur adalah tekanan darah, kadar kortisol, gejala psikologis seperti depresi dan kecemasan, serta indikator lain dari stres dan risiko secara keseluruhan.

Baca Juga: Sumber Zat Besi, Ini Sejumlah Manfaat Buah Mangga bagi Ibu Hamil

Dari jumlah tersebut, sebanyak 17,1% perempuan memiliki tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang dianggap sebagai stres psikologis.

Sebanyak 16% perempuan memiliki tekanan darah dan asupan kalori yang lebih tinggi, yang dikategorikan sebagai stres fisik. 

Para perempuan itu juga mengalami lebih sedikit kelahiran bayi laki-laki dibandingkan ibu hamil lainnya.

Baca Juga: Bantu Lancarkan Persalinan, Ini Alasan Lain Mengapa Kurma Bagus untuk Dikonsumsi Ibu Hamil

Rasio jenis kelamin antara bayi laki-laki atau bayi perempuan yang lahir dari ibu stres mental adalah 2:3 untuk anak laki-laki lebih kecil dari perempuan.

Untuk ibu dengan stres fisik, 4:9 dengan 4 untuk anak laki-laki.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah hal yang paling penting untuk ibu hamil.

"Banyak dukungan ini idealnya bisa datang dari pasangan.

"Mereka adalah orang penting bagi ibu hamil ini untuk hidup," tutup seorang biksu. (*)

(Jenny Situmorang)