Kabar Terbaru, Virus Corona Bisa Sebabkan Sakit Jantung dan Stroke

By Maria Ermilinda Hayon, Jumat, 8 Mei 2020 | 21:00 WIB
Kabar Terbaru, Virus Corona Bisa Sebabkan Sakit Jangung dan Stroke. (Tharakorn)

 

NOVA.id - Segala sesuatu yang berkaitan dengan virus corona memang selalu mengundang rasa ingin tahu.

Pasalnya, hal ini sangat berdampak bagi kehidupan kita semua.

Tak ayal, semua info tentangnya menjadi perbincangan hangat.

Baca Juga: Jangan Bingung Lagi, Segera Kenali Berbagai Jenis Tes Virus Corona Ini

Salah satunya, kabar bahwa virus corona Covid-19 yang ada pada tubuh bisa bermanifestasi menjadi penyakit lain, seperti stroke dan penyakit jantung.

Lho, kok, bisa begitu?

Yuk, simak penjelasannya.

Baca Juga: 5 Aktivitas agar Daya Tahan Tubuh Terjaga Selama Puasa di Tengah Pandemi Virus Corona

Sebenarnya jelas bahwa virus Covid-19 ini utamanya menyerang saluran pernapasan, khususnya pada organ paru-paru karena terdapat banyak reseptor di dalamnya.

Gejala yang paling parah yang dirasakan akibat virus ini adalah timbulnya sesak napas karena paru-paru sangat rusak.

Tapi, ada juga implikasi lainnya.

Baca Juga: Dokter Ini Anjurkan Konsumsi Makanan Mengandung Zinc untuk Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Selama Puasa dan Hadapi Corona

Menurut dr. Jaka Pradipta., Sp.P, ketika terjadi infeksi virus pada tubuh dalam jumlah besar dan hebat, maka akan terjadi peradangan.

Nah, radang ini sebenarnya terjadi akibat proses tubuh berperang melawan infeksi tadi.

Tubuh akan mengeluarkan selsel imunitas, yakni sel-sel darah putih, salah satunya adalah sitokin yang akan menyebabkan perubahan-perubahan pada tubuh kita.

Baca Juga: Waspada! Meski Tidak Keluar Rumah Ternyata 3 Hal Ini Bisa Menjadi Sumber Datangnya Virus Corona!

Jika ada peningkatan sitokin, maka akan terjadi proses peradangan tadi.

Wujudnya bisa demam, nyeri sendi, tensi turun karena terjadi pelebaran pembuluh darah, hingga terjadi proses pembekuan darah.

“Darahnya itu akan jadi lebih mudah mengental. Sebenarnya, ini enggak hanya di Covid-19. Penyakit apa pun dengan gejala inflamasi peradangan yang hebat, efek sampingnya adalah penggumpalan darah. Mau infeksi bakteri ataupun kanker bisa jadi ada penggumpalan darah. Tapi, diteliti makin ke sini, kok, makin tinggi proses pengentalannya pada infeksi ini. Jarang terjadi infeksi seperti ini pada virus biasa,” ujar dr. Jaka saat diwawancara NOVA.

Baca Juga: Kulit Merah dan Gatal Bisa Jadi Gejala Baru Virus Corona, Ratusan Ahli di Perancis Peringatkan Pentingnya Deteksi Sedini Mungkin

Nah, penggumpalan darah ini bisa terjadi di mana saja di dalam tubuh.

Manifestasi penyakitnya tergantung letak penggumpalan.

Paling sering terjadi di paru-paru, pembuluh darah kepala, jantung, dan pembuluh darah kaki.

Baca Juga: Banyak Orang Takut Corona Menyebar Lewat AC, Profesor UGM Ini Beri Jawaban dengan Membandingkan SARS dan MERS yang Pernah Mewabah

Jika di kepala bisa mencestukan penyakit stroke iskemik karena ada penyumbatan di kepala.

Di jantung bisa menyebabkan sakit jantung, dan di aliran darah kaki bisa membuat kaki harus diamputasi.

“Sebenarnya hal ini terjadi kalau Covid-nya itu dalam derajat (tingkat, red.) yang berat, masuk kelompok yang 20 persen. Kan 80 persennya ringan bahkan tidak bergejala. Jadi, sebenarnya keadaan itu bukan terjadi pada derajat-derajat awal atau ringan terus tiba-tiba jadi stroke. Dari kasus-kasusnya, sih, enggak. Biasanya kalau dia sudah derajat yang berat baru mulai manifestasinya ke arah sana,” ungkap dr. Jaka.

Baca Juga: 5 Manfaat Tidak Terduga dari Ketumbar, Salah Satunya Bisa Mengobati Masalah Menstruasi

Orang-orang yang masuk ke dalam kelompok 20 persen ini secara teori adalah orang berusia lanjut dan punya komorbid (penyakit penyerta).

Namun, tidak juga jadi jaminan bahwa orang yang berusia muda dan tidak punya komorbid tidak bisa masuk ke dalam kelompok ini.

Tetap dibutuhkan kewaspadaan bersama, ya. Baca Juga: Ternyata Susu Punya Peran Penting Selama Puasa, Ini Jumlah Kebutuhan Kalsium Per Hari Berdasarkan Usia

Meski begitu, tak usah panik.

Pasalnya, menurut dr. Jaka, kondisi manifestasi dari peradangan akibat infeksi virus corona ini angka kejadiannya tergolong kecil.

“Ini adalah manifestasi yang sebenarnya tidak langsung. Jadi, bukan karena virusnya yang menyerang otak. Karena ada beberapa penelitian yang melakukan pemeriksaan di otak pada pasien-pasien yang tidak sadar dan dalam gejala, ternyata virusnya enggak ada di sana. Jadi, ini kayak efek sampinglah akibat infeksi ini. Dan sebenarnya angkanya juga enggak banyak, di bawah 10 persen, ya, tiga sampailima persenlah. Tapi, memang kasus itu ada,” jelas dr. Jaka.

Baca Juga: Agar Tidak Memicu Sakit Lambung, Ini Waktu yang Baik untuk Meminum Kopi saat Puasa di Bulan Ramadan

Maka itu, menurut dr. Jaka, seseorang yang sedang menjalani perawatan akibat Covid-19 pun harus selalu diperiksa kekentalan darahnya dan dilakukan pemantauan agar tak menjadi sumber kematian lainnya.

Bahkan, sampai pasien sembuh dan kembali pulang ke rumah.

Eits, tapi jangan juga langsung menstigma kalau ada orang yang stroke atau serangan jantung mendadak adalah karena Covid-19, ya.

Baca Juga: Ini Cara Pasien Penyakit Kronis Berobat dan Konsultasi di Kala Pandemi

 

“Kami tenaga medis, trennya seperti itu, ya. Tapi, kalau tetangga ada yang sakit jantung jangan langsung stigma ini Covid, tunggu tenaga medisnya ini benar Covid atau bukan. Jadi, percayalah sama tenaga medis. Ya, secara semua yang meninggal dalam dua bulan ini dihubung-hubunginnya sama Covid. Jangan gitu juga,” pungkas dr. Jaka.(*)

Di masa pandemi ini, Sahabat NOVA mau tambah penghasilan dengan wirausaha? Atau punya usaha dan mau tambah ilmu agar jualan tetap lancar?

Di program WeLearn dari UN Women, ada kelas online “Digital Marketing" GRATIS! Tinggal daftar kelas di sini, pilih waktu dan metode yang diinginkan, lalu ikuti instruksi untuk terima materi pelajarannya. Tambah ilmu, tambah cuan!

Jangan juga sampai ketinggalan berita dan informasi terbaru dan menarik soal selebriti dan dunia perempuan di Tabloid NOVA, ya.

Dapatkan edisi terbarunya dengan berlangganan, tinggal klik di sini.