Konsultasi Psikologi: Saya Cantik, Pintar, tapi Lajang dan Kesepian

By Made Mardiani Kardha, Kamis, 11 Juni 2020 | 20:55 WIB
Konsultasi Psikologi: Saya Cantik, Pintar, tapi Lajang dan Kesepian (iStock)

NOVA.id – Tulisan Konsultasi Psikologi ini merupakan surat kiriman pembaca NOVA yang dijawab oleh psikolog Rieny Hassan.

TANYA

Saya RG, usia saya 32 tahun, belum menikah, pekerjaaan sebagai PNS di salah satu kementerian di Jakarta. Saya lulusan salah satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Kadang-kadang title ini membebani saya dalam menempuh perjalanan sebagai wanita karier. Selama hampir 9 tahun bekerja, karier saya terbilang lancar saja, tidak ada riak-riak yang berarti, mungkin hanya jenuh karena rutinitas saja.

Permasalahan saya saat ini adalah saya belum menikah dan saya merasa kesepian. Saya memang terlihat ramah dan ceria di luar, tapi di sisi lain saya introver. Saya hanya punya beberapa sahabat yang benar-benar dekat yang bisa dihitung dengan jari.

Saya terus membuka diri dan koreksi diri tapi entah mengapa orang-orang  menjauhi saya, Bu. Di luar saya merasa kesepian, tapi begitu di rumah rasa itu hilang karena ada Mama dan Papa.

Baca Juga: Masih Sendiri? Ternyata Ini Keuntungan yang Bisa Didapatkan Selama Kita Melajang

Soal percintaan, saya berulang kali gagal terus. Banyak pria yang mendekat lalu menghilang tiba-tiba. Ada dua orang duda dan satu lajang usia 49 tahun, namun saya tolak. Papa tidak mengizinkan karena faktor usia.

Saya juga sangat ingin punya anak, dan butuh suami yang kuat secara fisik, mental, maupun finansial. Untuk laki-laki  yang di bawah usia 40—saya juga tidak tahu kenapa—kok mereka tak tertarik. Apa wajah saya yang cenderung oriental atau terlihat doyan makeup, ya?

Entahlah Bu, saya berusaha untuk membuka diri dan membuka pergaulan, walaupun aktivitas saya hanya berkisar dari kantor dan rumah.

Terima kasih Bu Rieny mau membaca email dan memberi saran untuk saya.

RG – somewhere

Bagaimana jawaban psikolog Rieny Hassan atas kasus ini?

Baca Juga: Konsultasi Psikolog: Aku Menemukan Lipstik di Kerah Baju Suamiku

JAWAB

Jeng RG tersayang,

Dalam usia 32 tahun, sudah sembilan tahun bekerja, alumni perguruan tinggi ternama, berarti Anda cerdas di sekolah dan juga di pekerjaan. Tapi ada pernyataan bahwa Anda doyan makeup, jadi yang terangkai di benak saya, Anda cantik, oriental look, dandan, dan smart.

Problem utama perempuan seperti Anda, mohon maaf, biasanya adalah tampak sangat tahu apa yang Anda mau, apa yang Anda kerjakan, dan seakan perfect tanpa bantuan orang lain.

Lho, ini semua kan positif? Kenapa jadi problem? Karena, perempuan seperti ini mudah sekali membuat laki-laki merasa bahwa dia tidak dibutuhkan.

Baca Juga: Sebelum Akhirnya Bertemu Irwan Mussry, Maia Estianty Mengaku Tulis Kriteria Pasangan di Kertas untuk Dibaca saat Berdoa hingga Ditertawakan Teman-temannya

Anda cantik? Pastilah ini akan mudah membuat laki-laki tertarik. Akan tetapi, bagaimana cara si kumbang ini mau menarik perhatian Anda?

Tersirat bahwa Anda ingin lelaki mapan, kuat fisik, mental, dan finansial. Kuat di sini saya tafsirkan adalah lebih segalanya dibandingkan Anda. Ditambah dengan umur yang sesuai untuk jadi suami.

Bukankah ini kriteria yang hanya bisa dipenuhi oleh segelintir lelaki saja? Dan sayangnya, mereka yang memenuhi syarat, biasanya sudah punya istri ya, RG sayang.

Baca Juga: Hubungan 8 Pasangan Zodiak Ini Paling Cocok dan Bertahan Lama, Salah Satunya Virgo dengan Capricorn!

Mengapa Anda punya kriteria demikian tinggi? Saya yakin penyebab utamanya adalah Anda tak ingin mengecewakan hati orangtua Anda. Mereka tahu benar anak perempuannya ini punya segudang kualitas kecerdasan yang tinggi, tampilan menawan, dan dari sisi keluarga, bibit-bebet-bobot juga mendukung.

Bukankah saya tidak terlalu salah kalau mengatakan bahwa semua yang saya ceritakan di atas bisa muncul dalam bentuk  tampilan yang mudah sekali ditafsirkan sebagai “sombong”?

Tolong jangan lupa, sudah lama sekali diyakini bahwa sifat perempuan yang paling tak disukai laki-laki adalah mendominasi—sombong, yang berikutnya barulah iri, dengki, bawel, dan seterusnya.

Baca Juga: Penelitian: Perempuan yang Sendiri Lebih Bahagia Tanpa Pasangan dan Anak, Kok Bisa?

Kecenderungan untuk dominan biasanya terkait dengan keinginan untuk menguasai, menuntun (to lead), mengarahkan orang lain, melibatkan orang atau orang-orang lain. Ini berbeda dengan sombong, yang justru terlalu banyak memusatkan segala energi kepada diri sendiri.

Saya harus “lebih” dibanding orang lain, orang lain perlu tahu saya mampu mengerjakannya dengan cepat dan tepat. Jadi, dia butuh reaksi, respon orang lain untuk memantapkan lagi penilaian dirinya—yang sebenarnya sudah baik. Akan tetapi lalu menjadi “lebay” karena prosesnya belum tentu membuat orang lain juga nyaman.

Saya, kok, khawatir, walaupun Anda sendiri tak pernah merasa bahwa Anda sombong, yang tertangkap oleh lingkungan justru kesan ini. Sungguh, saya tidak menuduh apalagi memberi label.

Baca Juga: Simak Tiga Perempuan Hebat Berbagi Cerita Jalankan Peran sebagai Perempuan Karier, Ibu, dan Istri

Tolong Anda analisa ini sendiri, ada benarnya atau tidak, apa yang saya utarakan. Kalau iya, it’s time to think over, do I need to change or not? Sudah boleh deh mulai berpikir, saya perlu mengubah ini atau tidak.

Sebenarnya, akan sangat membantu bila Anda mulai bisa menjalin hubungan lebih mendalam dengan sejawat di pekerjaan, yang bisa bicara dari hati ke hati. Buka diri dengan cara berani mengungkapkan siapa Anda sesungguhnya.

Boleh, kok, bercerita tentang bagaimana Anda dibesarkan orangtua, saat di mana Anda bahagia—yang positif-positif dululah, sembari jangan lupa, belajar mendengarkan teman. Artinya, Anda juga mau tahu tentang dirinya, walau ternyata ceritanya biasa-biasa saja dibanding diri Anda.

Baca Juga: Tabloid NOVA Terbaru: Prilly Latuconsina Mengaku Sering Merasa Kesepian dan Sedih Sampai Datangi Psikolog hingga Asmara Abigail yang Masih Terisolasi di Italia karena Virus Corona

Perhatian terhadap orang penting sekali kita jadikan kebiasaan karena tak ada orang yang tak senang bila merasa ada yang peduli dan perhatian pada dirinya.

Tampaknya sederhana, tetapi yang namanya memulai hal baru dan menjadikannya kebiasaan, bukanlah perkara mudah. Yang harus diingat: “tidak mudah” itu tidak identik dengan “tidak bisa”.

Apalagi seperti Anda katakan, Anda introver dan tak punya banyak sahabat. Sebenarnya, tak apa-apa kalau kita punya kecenderungan introver.  Obama adalah seorang introver. Demikian pula Michael Jackson, Mother Teresa. Artis Michelle Pfeiffer dan sutradara terkenal Steven Spielberg, juga introver.

Baca Juga: Aplikasi Kencan Online Facebook Dating, Amankah untuk Perempuan?

 

 

Saya juga tidak meminta Anda berubah menjdi seorang ekstrover, karena dalam kenyataannya, banyak kok orang introver yang berhasil menjalin hubungan asmara dan menikah.

Saat sedang berada dalam situasi menyenangkan, ngobrol-lah agak serius dengan ayah-ibu, ceritakan bahwa kalau Anda mengeset target terlalu tinggi untuk pria idaman, dalam dunia nyata agak susah mendapatkannya.

Kalau kelak ada yang tampaknya bisa diharapkan lebih serius berhubungan, minta agar orangtua lebih realistis menilai laki-laki yang jadi teman Anda.

Baca Juga: Lama Menjomblo? Cek 4 Alasan Ini Mengapa Kamu Susah Dapat Pasangan!

Bukan menilai kekiniannya, akan tetapi menilai apakah dia punya sifat-sifat positif yang kelak mampu mendukung keinginan untuk lebih maju dan meniti kehidupan yang berkualitas? Rajin, mau belajar, tidak pilih-pilih harus kerja begini dan begitu, supel, mudah menyesuaikan diri. Ini lebih akan menjamin masa depan Anda bersamanya ketimbang kawin dengan anak tunggal orang kaya raya.

Ini dulu barangkali ya, Jeng. Intinya, berubahlah menjadi sosok yang justru lebih mengedepankan kewanitaan Anda, sebagai manusia biasa. Tidak perlu membuat diri tampak bodoh, kok. Yang penting give space untuk orang lain di dekat Anda untuk membuatnya tetap punya perasaan bahwa dia berharga. Belajarlah menaruh minat pada orang lain, laki-laki maupun perempuan. Berbagilah.

Bagaimana kalau mulai lebih intens menyapa office boy/girl yang melayani Anda, ngobrol sedikit dan menikmati apresiasi mereka karena Ibu Boss muda menegur? Makin lancar Anda ngobrol, bukan hal yang superfisial melainkan melibatkan “rasa” dan hati, makin nyaman orang lain berada bersama Anda.

Baca Juga: Jangan Sedih Lagi! Lakukan 5 Tips Jomblo Ini agar Hidup Makin Bahagia

Beri pemahaman pada orangtua bahwa selalu ada laki-laki yang sedang berjuang meraih puncak karier, dan ada pula yang sudah di atas tetapi sekaligus menyebalkan. Anda pilih yang pertama, bukan? Terlalu iya-iya saja akan membuat orangtua Anda berpikir bahwa anaknya aman-aman saja.

Buatlah rencana perubahan diri. Menjadi diri yang lebih membaur dengan banyak orang. Mudah-mudahan, ini akan membuat orang lain makin nyaman bersama Anda.

Anda cantik, pandai, dan mandiri, saya yakin peluang untuk membangun hubungan percintaan dan kelak perkawinan, pasti akan Anda peroleh. (*)

Baca Juga: Jangan Cemas, Lama Menjomblo Juga Bisa Bikin Bahagia lo!

(Bila Anda ingin berkonsultasi dengan psikolog Rieny Hassan, silakan kirimkan kisah Anda ke email nova@gridnetwork.id dan tuliskan ‘Konsultasi Psikologi’ pada subjek email.)