NOVA.id – Memiliki keindahan alam dan kekayaan budaya, Indonesia menjadi negara dengan daya tarik tersendiri bagi pelancong lokal maupun mancanegara.
Sektor pariwisata memang menjadi penyumbang devisa yang baik bagi negara dikarenakan tren kenaikan jumlah wisatawan terus naik setiap tahunnya.
Beberapa daerah di Indonesia menjadikan sektor pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi karena dapat membawa arus positif bagi bisnis dalam bidang jasa dan makanan.
Baca Juga: Rekomendasi AC yang Cepat Dingin dan Segar Serta Tetap Hemat Energi
Terdampak penyebaran virus covid-19, kedua industri ini mulai kehilangan pasar, bahkan untuk beroperasi saja sulit.
Karena itu, perlu strategic thinking dan complex problem solving dalam proses bisnisnya, baik dalam hal mencari peluang, inovatif produk, teknologi yang digunakan, cara mengkomunikasikan dengan target market, yang akhirnya perusahaan tetap berjalan sehat.
Tahun 2020 mungkin tidak hanya ditandai sebagai awal dari dekade baru, tapi bisa jadi awal dari perubahan hidup, termasuk pola makan dengan gizi optimal.
Menanggapi tren industri makanan ke depannya, S1 Food Business Technology Universitas Prasetiya Mulya menciptakan produk pangan baru yang sehat dan menggunakan teknologi terkini, namun tetap sesuai dengan selera masyarakat.
Dalam pencapaian menciptakan produk inovasi baru dalam pangan setiap mahasiswa ditanam rasa empati dan kreativitas.
Hal tersebut diajarkan di semester satu dalam mata kuliah Introduction to Food Business Technology.
Dalam mata kuliah tersebut, setiap mahasiswa akan menjalani sesi pengembangan kreativitas untuk ideation terkait peningkatan nilai tambah produk pangan.
Kemudian dalam mata kuliah Market Research and Consumer Behavior mahasiswa akan belajar membuat respon berdasarkan riset pasar.
Pada akhirnya, semua ilmu tersebut akan digunakan untuk mengembangkan produk dalam mata kuliah Food Business Creation serta membuat rencana bisnis berbasis teknologi pangan dalam Food Business Development.
Mahasiswa telah bertatap muka dengan dosen tamu dari Nutrifood, Cimory, Sierad Produce, Ajinomoto, dan industri/instansi lainnya.
Kegiatan guest lecture juga menjadi bagian dari factory visit, misalnya ke PT Yakult Indonesia Persada dan PT Krakatau Tirta Industri.
Mahasiswa juga pernah menerima pembekalan mengenai regulasi pangan terkini dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Baca Juga: Gendong Anak Syahnaz, Irish Bella Menangis dan Sebut Perasaannya Campur Aduk
Mereka juga telah membawa pulang sertifikat penyuluhan keamanan pangan dan sertifikat laik sehat dari Dinas Kesehatan yang dapat digunakan untuk pengurusan izin edar Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT) dan izin usaha restoran, rumah makan, atau katering.
Beralih ke dunia pariwisata, imbas pandemi COVID-19 terhadap sektor ini sangatlah besar.
Tiket dan hotel banyak sekali mendapat permintaan refund dikarenakan orang tidak bisa liburan.
Destinasi wisata sepi bahkan tanpa pengunjung sehingga menyebabkan perekonomian lokal hampir mati.
Walau kelihatannya dunia pariwisata semakin gelap namun masih ada secercah harapan untuk mengembangkan potensi daerah wisata melalui makanan dan minuman lokal.
Setiap orang yang bepergian pasti pernah merasakan kenikmatan makanan dan minuman setempat karena dalam setiap sajian terkandung kekayaan budaya dan kearifan lokal daerah tersebut.
Rasa kangen atas makanan dan minuman lokal menjadi kesempatan bagi pelaku industri pariwisata untuk tetap bertahan walau terkena imbas pandemi.
Oleh karena itu Universitas Prasetiya Mulya mempersiapkan S1 Hospitality Business untuk melihat potensi bisnis jasa yang dapat mengakomodasi kerinduan para pelancong terhadap kekayaan budaya maupun kearifan lokal sebuah destinasi wisata.
Kurikulum S1 Hospitality Business terdiri dari 60% hospitality and tourism serta 40% bisnis, jiwa kewirausahaan dan strategic thinking juga diolah, misalnya dalam mata kuliah Consumer Behavior.
Mahasiswa akan didorong untuk memiliki orientasi market yang kuat ketika terjun ke industri servis.
Semua ini dilakukan agar lulusan dapat menjadi Hospitality Inovator yang memberikan pembaruan dalam industri hospitality.
Ragam tugas mahasiswa melibatkan kolaborasi, baik dengan industri maupun pemerintah.
Baca Juga: Tips Wajah Sehat dan Glowing saat New Normal dari Pakar Kecantikan
Bersama RedDoorz, mahasiswa ditugaskan untuk menyusun bentuk servis bagi market disabilitas.
Kemudian, mahasiswa juga pernah berkolaborasi dengan Panorama Group dalam Cafe dan Brasserie Expo di JCC.
Dalam mata kuliah Service Design, mahasiswa kerjasama dengan pemerintah kota Jakarta Utara untuk bantu mengembangkan cagar budaya rumah si Pitung.
Baca Juga: Racik Sendiri Serum Malam dan Semprotkan ke Wajah, Hasilnya Bikin Flawless nan Mulus! Ini Resepnya
Hasil kerjasama antar mereka di Pasar Papringan Ngadiprono untuk mata kuliah Experience Design pun sudah terdengar sampai telinga Kabupaten Temanggung.
Guna mengantisipasi dunia kerja, beragam workshop disiapkan, mulai dari service quality, table manner, sampai Bahasa Mandarin dan IELTS.
Harapannya, mahasiswa lebih fleksibel dalam mengaplikasikan ilmu teori yang telah dipelajari di kelas terutama di industri yang tentang perubahan.
Baca Juga: Punya Kaki Kasar dan Kapalan? 2 Bahan Ini Bisa Jadi Scrub Alami Perawatan Kaki
Beberapa mata kuliah pun juga akan menerjunkan mereka ke dalam kerja praktik.
Misalnya dalam Hospitality Simulation Travel, mahasiswa secara berkelompok menyusun dan menjual paket travel dengan destinasi di Asia Tenggara.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, supaya bisa berjalan dengan sehat, industri pariwisata dan makanan memerlukan strategi branding yang tepat.
Baca Juga: Ini Pentingnya Memahami Manfaat dan Risiko Produk Asuransi yang Dibeli
S1 Branding Universitas Prasetiya Mulya berperan dalam menciptakan positioning yang tepat, mengkomunikasikan kepada target market dan menempatkan brand mereka sebagai top of mind dalam industri tersebut.
Branding merupakan pendekatan modern terhadap ilmu marketing.
Bukan sekedar logo dan packaging, branding memiliki nilai yang jauh lebih besar dan berperan dalam mempermudah proses pengambilan keputusan konsumen.
Sebelum mengembangkan brand, marketer harus terlebih dahulu memahami konsumen.
Itu sebabnya, pada tahun pertama mahasiswa akan digiring untuk terjun ke dalam pikiran konsumen melalui mata kuliah Consumer Behavior, Consumer Insight, Research dan Customer Journey.
Semua ilmu tersebut akan dibutuhkan pada saat menciptakan branding strategic yang memorable bagi konsumen.
Baca Juga: Ajak Betrand Peto ke Psikolog, Ruben Onsu dan Sarwendah Kaget Jika Anaknya Banyak Simpan Rahasia
S1 Branding juga bekerjasama dengan perusahaan Industri atau pemerintah seperti Traveloka, Gojek, tiket.com, Jakarta Aquarium, Taman Safari, BEKRAF, PT Angkasa Pura, dan Ancol.
Mereka hadir sebagai pemateri studi kasus atau sebagai juri tamu untuk menilai tugas mahasiswa.
Selain itu, S1 Branding juga membuka kesempatan untuk berkolaborasi antar angkatan, misalnya dalam mata kuliah Leisure Industry (semester empat) dan Customer Experience (semester tujuh).
Tidak jarang beberapa alumni yang sudah bekerja merekomendasikan juniornya di masa rekrutmen karena mereka mengenal work ethic satu sama lain.
Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D., Wakil Rektor I Bidang Pembelajaran Universitas Prasetiya Mulya mengatakan, "Dalam proses pembelajaran beberapa hal yang coba kami terus berikan atau intervensi kepada mahasiswa yaitu, bagaimana deal dengan complexity lalu melakukan kolaborasi dengan yang lain, dan bagaimana menggunakan other party untuk create other value bersama-sama agar lebih baik dalam memberikan solusi bagi society."
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)