Diduga Dianiaya Mandor, Mayat ABK Ditemukan di Peti Pendingin

By Yunus, Selasa, 14 Juli 2020 | 06:30 WIB
Mayat ABK Indonesia ditemukan polisi di peti pendingin sebuah kapal, diduga karena dianiaya mandor. ()

NOVA.id – Kejadian tragis kembali menimpa anak buah kapal (ABK) asal Indonesia.

Nyawa ABK bernama Hasan diduga dianiaya mandornya sendiri.

Hingga akhirnya ditemukan polisi di peti pendingin.

Baca Juga: Viral Jenazah ABK Indonesia yang Bekerja di Kapal China Dibuang ke Laut, YouTuber Korea Selatan: Diperlakukan Seperti Budak

Seperti dilansir dari Kompas.com, mayat Hasan Afriadi asal Lampung ditemukan di atas kapal berbendera China Lu Huang Yuan Yu 118 pada Rabu (8/7).

Hasan tewas setelah disiksa oleh sang mandor di kapal ikan tempat dia bekerja. Mayat Hasan kemudian disimpan di dalam peti pendingin selama beberapa waktu.

Peristiwa tersebut terbongkar saat polisi mengamankan dua kapal ikan berbendera China di Perairan Batu Cula Selat Philip, Belakang Padang, Batam, Kepulauan Riau, pada Rabu (08/07).

Baca Juga: Ribuan Orang Dikarantina Selama 2 Minggu di Kapal Pesiar Karena Corona, Kesaksian Penumpang Ini Justru Mengejutkan

Dua kapal tersebut adalah Lu Huang Yuan Yu 117 dan Lu Huang Yuan Yu 118.

Saat diperika petugas, di atas kapal Lu Huang Yuan Yu 118 terdapat 32 ABK yang terdiri dari 10 WNI termasuk Hasan Afriandi serta 15 WNA asal China dan delapan WNA asal Filipina.

WNI yang bekerja di dua kapal tersebut berasal dari Jakarta, Brebes, Sukabumi, Pamelang, Tegal, Medan, Semarang, Lampung, Majalengka, dan Kediri.

Baca Juga: Masih Misteri, Ini 4 Fakta Tenggelamnya Kapal Titanic 100 Tahun Lalu

Mereka dipekerjakan di atas kapal berbendara China tersebut melalui PT Mandiri Tunggal Bahari (MTB), dengan alamat Jalan Raya Majasem Talang, Kaladawa, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Disebutkan, Direktur PT MTB adalah Moh Haji yang tercatat sebagai warga Tegal. Para ABK yang direkrut PT tersebut bekerja selama tujuh bulan sejak 1 Januari 2020.

Mereka diterbangkan dari Jakarta ke Bandara Changi, Singapura, pada 31 Desember 2019. Setelah sampai di Singapura, agen mengantarkan para WNI tersebut ke atas kapal Lu Huang Yuan Yu 118.

Baca Juga: Unik, Kapal Ini Justru Jadi Rumah Sakit yang Mendatangi Pasien

Para ABK kemudian bertolak dari Singapura ke perairan Argentina pada 1 Januari 2020 untuk mencari cumi.

Dari pengakuan para ABK Indonesia di kapal berbendera China tersebut, mereka kerap dianiaya mandor dan nakhoda kapal.

Penganiayaan oleh sang mandor dan nakhoda itu yang membuat Hasan tewas di atas kapal.

Baca Juga: Penelitian Terbaru Ungkap Rahasia Lain dari Segitiga Bermuda

Tak hanya menggunakan tangan kosong. Mereka juga kerap disiksa menggunakan besi, kayu, dan peralatan lainnya yang ada di atas kapal.

Selain mandor dan nakhoda, ABK WNI menyebut mereka juga kerap mendapatkan perlakuan kasar dari ABK asal China, hanya disebabkan masalah sepele dan sengaja dibuat-buat.

Setelah melakukan penyelidikan dan memeriksa keterangan sejumlah saksi, polisi menetapkan mandor asal China berinisial S sebagai tersangka dalam kasus kematian Hasan Afriadi.

Baca Juga: Salut! Kapal RS Terapung Ksatria Airlangga Bawa Misi Kemanusiaan

"Untuk saat ini tersangka S masih di atas kapal. Nanti apabila sudah proses penahanan, kita tinggal berkoordinasi saja dengan personel Lanal Batam yang berjaga di atas kapal tersebut," Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Kepri Kombes Arie Darmanto saat dikonfirmasi, Sabtu (11/7).

Sementara itu, Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia, Moh Abdi Suhufan memastikan bahwa tidak ada penyaluran pekerjaan untuk ABK kapal di Lampung.

Dia mengatakan, para ABK mendapatkan informasi lowongan pekerjaan tersebut dari Facebook.

Baca Juga: Kate Middleton Pernah Bekerja Jadi Awak Kapal dan Mencuci Geladak Sebelum Menikah dengan Pangeran William

Berdasarkan penyelidikan DFW Indonesia, fasilitas yang ditawarkan dalam iklan tersebut adalah pelamar mendapatkan buku pelaut hingga keterampilan dasar.

Abdi Shufan menyebutkan bahwa perusahaan pengiklan itu adalah penyalur ilegal.

Informasi yang dijanjikan tidak sesuai dengan yang ada di lapangan, termasuk gaji, penempatan, dan lokasi tangkap.

Baca Juga: Andrey Dolgov, Kapal Buronan Berbagai Dunia Ini Akhirnya Bertekuk Lutut di Bawah Naungan Menteri Susi dan Ditangkap di Indonesia

“Informasi tidak sesuai, baik itu gaji, penempatan, maupun lokasi tangkap. Misalnya infonya ditempatkan di kapal negara lain, ternyata ditempatkan di kapal berbendera China atau lainnya,” kata Abdi Suhufan.

Selain Hasan Afriandi yang mayatnya ditemukan di peti pendingin, satu ABK asal Lampung bernama Agus Setiawan juga ikut dalam kapal berbendera China tersebut.

Abdi Shufan telah meminta Kapolri Jenderal Pol Idham Azis bertindak terkait kasus Hasan yang meninggal di kapal ikan berbendera China, Lu Huang Yuan Yu 118.

Baca Juga: Panik dan Tegang! Kru Kapal Ini Rekam Suasana Laut di Palu Saat Gempa

Dia mengatakan, PT MTB yang memberangkatkan para ABK WNI tersebut tidak memiliki izin operasional, yaitu Surat Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal (SIUPPAK) dari Kemenhub dan Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran (SP3MI) dari Kemenaker.

Berdasarkan catatan DFW Indonesia, sampai saat ini terdapat 27 orang ABK Indonesia yang menjadi korban dari PT MTB dengan status meninggal, hilang, dan selamat.

Abdi menuturkan, kejadian ini menambah daftar korban ABK Indonesia yang direkrut dan dikirim bekerja ke kapal ikan China oleh PT MTB.

"Korban TPPO yang diberangkatkan oleh PT MTB bukan dari Tegal dan Jateng saja, tapi dari Pematang Siantar, Padang, Magetan, NTB, Lampung, dan Jakarta. Sehingga, kasus PT MTB semestinya ditangani oleh Bareskrim," tutur Abdi.

Saat ini kasus tersebut masih dalam pengembangan karena ada dugaan tindakan penganiayaan, pencucian uang, dan tindak perdagangan manusia.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Di Selat Philip, Nyawa Hasan Hilang di Tangan Mandor Kapal China