NOVA.id - Sejarah panjang perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah telah membuahkan kemerdekaan.
Namun demikian, banyak catatan sejarah yang masih berada di negeri lain dan belum kembali ke Indonesia.
Inilah salah satu alasan keluarga HB II menuntut pemerintah Inggris.
Keturunan atau trah Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono (HB) II menuntut permintaan maaf dan pengembalian harta jarahan selama Perang Sepehi dari Pemerintah Inggris.
Tuntutan permintaan maaf itu disuarakan untuk meluruskan sejarah soal Perang Sepehi yang terjadi pada Juni 1812 dan pengembalian harta rampasan.
Sebanyak 57.000 ton emas yang dirampas dari Keraton Yogyakarta saat perang terjadi turut diminta untuk dikembalikan.
Baca Juga: Sri Sultan Hamengku Buwono Tiba-Tiba Kesal dan Ancam Tutup Kawasan Malioboro, Ada Apa?
"Geger Sepehi proses penyerangan perampasan Inggris dengan berbagai kelompok, di situ terjadi peperangan yang terjadi dampak yang tidak diinginkan, seperti perampasan dokumen manuskrip, karya sastra, hingga perhiasan," kata perwakilan trah HB II, Fajar Bagus, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/07).
Menurut Fajar, sudah ada upaya untuk mendata hasil jarahan Perang Sepehi yang tersebar di Inggris dan Eropa selama satu tahun terakhir.
Pada 2018 dan 2019, dia menyebutkan, ada beberapa manuskrip yang dikembalikan.
Fajar mengatakan, tuntutan pengembalian hasil jarahan oleh Pemerintah Inggris, termasuk ribuan ton emas, bukan tujuan utama keluarganya.
Keturunan HB II hanya ingin ada pelurusan sejarah soal Perang Sepehi, sehingga Raja Keraton Yogyakarta itu bisa diajukan menjadi Pahlawan Nasional.
"Intinya Geger Sepehi bukan peristiwa penaklukan, tetapi sebuah usaha secara masif dan barbar dibuat seolah-olah penaklukan," ujarnya.
Fajar juga membantah anggapan bahwa Perang Sepehi adalah perang saudara.
Sementara itu, penulis buku Geger Sepoy, Lilik Suharmaji, membenarkan adanya perang yang terjadi pada 1812 itu mengakibatkan Beteng Lor Wetan runtuh.
Baca Juga: Luncurkan Official Store, Tokopedia Dukung Difabel Tetap Berkarya Selama Pandemi Virus Corona
"Inggris menjajah India, orang-orang India dijadikan tentara bayaran. Tahun 1811 menyerang Palembang dan tahun 1812 menyerang Jawa. Saat itu Jawa dikuasai Daendels (Gubernur Jenderal Hindia Belanda) karena Daendels kalah, lalu jenderal dijabat Jensen, Inggris menguasai Jawa," jelasnya.
Lilik membenarkan bahwa akibat dari Perang Sepehi terjadi perampasan manuskrip, karya-karya intelektual, dan perhiasan.
"Setelah perang karya-karya intelektual Keraton Yogyakarta habis dijarah semua, setelah perang, mereka menjarah dengan pedati, dipanggul," katanya.
Baca Juga: Bentuk Kepedulian saat Wabah Virus Corona, 66 Hotel di Yogyakarta Ini Nyalakan Lampu Berbentuk Hati
Namun, Lilik meragukan adanya 57.000 ton emas yang turut dijarah dalam perang tersebut.
"Selama meneliti itu tidak ada, jadi yang dijarah adalah uang, manuskrip atau kekayaan intelektual, dan perhiasan milik Ratu Kencana Wulan, istri tercinta HB II," katanya.
Terkait wacana keluarga trah HB II untuk mengembalikan manuskrip, dia mempertanyakan apakah fasilitas sudah disiapkan untuk merawat manuskrip tersebut.
"Mereka menganggap manuskrip adalah sesuatu yang penting, makanya dijaga dengan memperhatikan suhu udara agar tidak rusak. Apakah sudah siap dengan fasilitasnya," ucapnya.
Baca Juga: Rayakan Kemerdekaan RI, PIM Hadirkan Pasar Nusantara Bernuansa Milenial
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Keluarga HB II Tuntut Pemerintah Inggris Minta Maaf dan Kembalikan Emas Jarahan