NOVA.id – Adanya Covid-19 juga berdampak pada kelangsungan hidup industri pangan yang mengkhawatirkan.
Badan Pangan dan Pertanian Dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) mengingatkan adanya potensi krisis pangan dunia akibat pandemi Covid-19.
Selain karena faktor perubahan iklim global.
Baca Juga: Bantuan UMKM dari Facebook Indonesia Kembali Dibuka, Cek Syaratnya!
Langkah penanganan pandemi yang dilakukan banyak negara adalah dengan membatasi aktivitas masyarakatnya.
Kondisi ini dapat menganggu rantai pasokan pangan karena kekurangan tenaga kerja untuk memproduksi dan memproses pangan, kesulitan akses ke pasar bagi petani kecil, pembatasan transportasi.
Dan berkurangnya pasokan komoditas yang mudah rusak yang juga menyebabkan terlalu banyak food loss.
Sehingga setiap negara dituntut untuk menjaga pasokan pangannya sekaligus menangani wabah virus corona di negara masing-masing.
Menyadari hal tersebut dan dalam rangka Hari Pangan Sedunia 2020, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) menyelenggarakan Simposium melalui daring yang mengangkat tema Covid-19 & Sistem Pangan Berkelanjutan : Dampak, Tantangan & Peluang Bagi Industri Pangan.
Simposium ini dilakukan usai penerima Program Indofood Riset Negara 2020/2021 melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU).
Direktur Indofood Franciscus Welirang, mengatakan, “Membangun sistem pangan berkelanjutan harus menjadi salah satu prioritas kita. Bukan hanya sebagai langkah antisipasi krisis pangan akibat pandemi, tetapi juga sebagai upaya memberikan jaminan pasokan maupun akses pangan bagi bangsa di masa depan. Untuk itu, perlu pendekatan yang holistik, serta dukungan dan sinergi semua stakeholder.”
Dalam paparannya yang berjudul “Praktek Baik Industri Pangan dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Gizi Masyarakat Serta Kemandirian Ekonomi” Franky, sebutan akrab Fanciscus Welirang, menekankan pentingnya integrasi dalam sistem pangan mulai produksi pangan, pengolahan pangan baik di industri besar maupun kecil hingga akses masyarakat akan pangan tersebut.
“Dalam menghasilkan sebuah produk, bibit yang baik dan bersertifikasi sangatlah penting. Bagi kami, bibit yang baik akan meningkatkan produktivitas apabila dikombinasikan dengan Good Agriculture Practices. Hasilnya akan baik pula,” jelasnya.
Baca Juga: Kabar Gempa Terkini dari BMKG: Pangandaran Diguncang Gempa Bumi Dini Hari Tadi
Sementara guna mengatasi malnutrisi, industri bisa melakukan fortifikasi pangan.
Beberapa produk Indofood telah difortifikasi seperti fortifikasi Iodium pada garam, zat besi dan asam folat untuk Tepung Terigu Bogasari dan vitamin A pada Minyak Goreng Bimoli.
“Langkah ini kami lakukan sebagai kontribusi dalam perbaikan gizi bangsa, disamping terus mengedukasi masyarakat tentang Gizi Seimbang,” jelasnya.
Dia menambahkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 juga mempengaruhi kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) padahal UMKM berperan penting dalam perekonomian Indonesia.
Baca Juga: Mengenal Norovirus, Virus Baru yang Ditemukan di China dengan Gejala Diare dan Muntah-Muntah
UMKM berkontribusi sebesar 60,3% dari total komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“Sebagai bagian dari sistem pangan, peran pelaku UMKM bidang pangan perlu mendapatkan perhatian kita semua. Kami bermitra dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM) dari hulu hingga ke hilir,” kata Franky.
“Model bisnis inklusif yang kami lakukan di hulu seperti bermitra dengan petani ataupun IKM pengolah berbagai komoditi yang menjadi Supplier. Di hilir, kami menjalankan kemitraan dengan UKM/IKM baik di bidang kuliner maupun industri olahan yang menjadi customer untuk mencapai konsumen akhir,” jelasnya.
Baca Juga: Kabar Gempa Terkini dari BMKG: Pangandaran Diguncang Gempa Bumi Dini Hari Tadi
Contohnya Bogasari melalui Bogasari Mitra Card, Indomie melalui Warmindo serta Indomie baik di bidang kuliner, kue, ,roti, martabak, coffee shop maupun IKM industri olahan Simposium ini juga menampilkan dua orang Tim Pakar IRN sebagai pemateri.
Guru Besar Universitas Lampung sekaligus Tim Pakar IRN Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MS, membahas “Dampak, Tantangan dan Peluang Ekonomi bagi Sistem Pangan Nasional.”
Sementara Tim Pakar IRN Bidang Gizi dan Kesehatan Dr. Widjaya Lukito, SpGK., PhD membawakan topik “Perbaikan Gizi Bagi Populasi Rentan dan Upaya Merespon Societal Problem di Masa Pandemi Covid-19”,
“Kami berharap simposium hari ini dapat memberikan masukan guna membangun sistem pangan masa depan yang berkelanjutan. Saya juga mengucapkan selamat kepada 60 mahasiswa penerima dana riset dari Indofood Riset Nugraha. Tetap semangat melakukan penelitian karena ide-idenya dapat berkontribusi pada pembangunan sistem pangan nasioanl yang lebih tangguh dan berkelanjutan,” tutup Franky.
Baca Juga: Putra Sulung Amien Rais Kecelakaan di Tol Cipali, Disebut Alami Luka Berat
Dana Riset Bagi 60 Mahasiswa S1
Program Indofood Riset Nugraha (IRN) periode 2020/2021 memberikan dana riset bagi 60 penelitian pangan mahasiswa S1 dari 31 Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta di Indonesia.
Penerima dana riset IRN juga berhak memperoleh pendampingan dan bimbingan teknis dari Tim Pakar IRN hingga penelitian selesai.
Program IRN yang mengangkat tema “Milenial dan Penelitian Pangan Era Kenormalan Baru Menuju Indonesia Maju” membiayai penelitian yang dilakukan sebagai syarat kelulusan meraih gelar sarjana S1. Bantuan dana diserahkan secara simbolis ditandai dengan Penandatangan Memorandum of Understanding (MOU) dan dilaksanakan secara daring.
Baca Juga: Mengenal Norovirus, Virus Baru yang Ditemukan di China dengan Gejala Diare dan Muntah-Muntah
Ketua Program IRN dan Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Suaimi Suriady mengatakan, “Melakukan penelitian di masa pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan sarjananya. Bagi milenial yang akrab dengan teknologi, memanfaatkan kecanggihan teknologi menjadi salah satu pilihan yang efektif, mengingat adanya pembatasan sosial selama pandemi,”
Di periode IRN kali ini, jumlah proposal penelitian yang diterima mencapai 296 proposal. Setelah melalui tahap seleksi, Tim Pakar menetapkan 60 proposal yang berhak menerima bantuan dana riset.
“Kami berharap, teman-teman mahasiswa dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Karena tidak hanya memperoleh bantuan dana, mereka juga akan mengikuti pelatihan, coaching clinic serta mendapatkan bimbingan dan pendampingan oleh pakar-pakar yang sudah dikenal baik di Indonesia maupun di tingkat global,” ujarnya.
Baca Juga: Putra Sulung Amien Rais Kecelakaan di Tol Cipali, Disebut Alami Luka Berat
Pada kesempatan yang sama, dilakukan penganugerahan kepada Empat Peneliti Terpilih dari program IRN periode sebelumnya yakni IRN Periode 2019/2020.
Keempat orang peneliti ini terpilih karena memenuhi kriteria penilaian yang meliputi lima aspek yakni pelaksanaan penelitian, mutu penelitian, teknik presentasi, penguasaan materi dan sikap peneliti.
Mereka adalah Aena Rahmani dari Institut Teknologi Bandung, Atiaturrahmah dari Universitas Brawijaya, Meysi Askiyah dari Universitas Hasanuddin dan Fahri Sinulingga dari Institut Pertanian Bogor. Masing-masing peneliti mendapatkan hadiah berupa sebuah laptop.
“Kita perlu terus menumbuhkan minat riset di kalangan generasi muda. Terlebih dengan adanya ancaman krisis pangan global akibat pandemi dan perubahan iklim, kita perlu terus menggali potensi sumber pangan yang kita miliki dan melahirkan inovasi-inovasi di bidang pangan guna memperkuat sistem pangan nasional,” ujarnya.
Baca Juga: Bantuan UMKM dari Facebook Indonesia Kembali Dibuka, Cek Syaratnya!
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)