Tak Perlu Keluar Negeri, Pengobatan Kanker di Indonesia Kini Makin Berkualitas

By Dionysia Mayang Rintani, Kamis, 21 Januari 2021 | 21:30 WIB
Pengobatan Kanker di Indonesia Makin Berkualitas (ilustrasi) (istock)

NOVA.id – Berdasarkan data oleh CIMB Research ASEAN Institute pada 2015, lebih dari 600.000 masyarakat Indonesia dengan penyakit kritikal seperti kanker maupun jantung, memilih untuk berobat ke luar negeri setiap tahunnya dengan tujuan utama Malaysia dan Singapura.

Namun belakangan, gelombang pandemi yang berlangsung hingga saat ini mengharuskan pemerintah di setiap negara membatasi keluar masuknya wisatawan ke negara masing-masing, dalam hal ini termasuk medical tourism.

Kondisi tersebut sedikit banyak mempengaruhi dinamika pengobatan pasien kanker di Indonesia.

Baca Juga: Jangan Keburu Panik, Benjolan di Payudara Ternyata Tak Selalu Kanker

Banyak pasien yang tidak bisa melanjutkan pengobatan mereka karena akses masuk ke negara tujuan ditutup.

Sebagian masyarakat Indonesia cenderung memilih untuk berobat kanker ke luar negeri atas dasar alasan ketepatan diagnosis, kurangnya mutu pelayanan dan pengawasan kesehatan di Indonesia, dan komunikasi dokter-pasien.

Namun bagi pasien kanker, alasan memilih berobat jauh dari keluarga terkadang bukan hanya itu, melainkan beberapa jenis kanker memang belum sepenuhnya dapat dideteksi dan ditangani dengan fasilitas yang ada di Indonesia sehingga berobat ke luar negeri menjadi satu-satunya pilihan.

Baca Juga: Rentan Penularan Covid-19, Anak Pejuang Kanker YKAKI Terima Donasi Masker

Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, SpPD KHOM yang merupakan Ketua Umum Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengatakan,“Sebagai salah satu negara terbesar di Asia Tenggara dan dengan jumlah penduduk terbanyak, tentunya dibutuhkan komitmen yang kuat serta waktu yang relatif panjang untuk menyempurnakan sistem kesehatan di Indonesia secara menyeluruh dan merata bukan hanya di kota besar saja.”

Selama masa pandemi global covid-19, banyak pasien Indonesia yang biasanya berobat ke luar negeri tidak dapat melakukan perjalanan ke luar negeri dan mengharuskan mereka untuk berobat di dalam negeri.

Hal ini menyadarkan sebagian dari mereka, bahwa rumah sakit di Indonesia juga mampu untuk menangani pengobatan kanker dengan baik, sehingga pada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pengobatan seterusnya di Indonesia.

Baca Juga: Ivan Gunawan Enggan Kunjungi Rumah Ibunya, Ternyata Karena Punya Pengalaman Pahit Ini

Hal ini dijelaskan oleh Prof. Aru dalam webinar yang diadakan oleh PT Johnson & Johnson Indonesia (Johnson & Johnson Indonesia) bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bertema “Ayo Berobat Kanker di Negeri Sendiri”.

Oleh karena itu, penting untuk terus melakukan sosialisasi sekaligus edukasi yang berkesinambungan kepada masyarakat Indonesia mengenai pengobatan kanker di Indonesia, agar masyarakat lebih sadar dan paham mengenai penanganan kanker di Indonesia.

Devy Yheanne, Country Leader of Communications and Public Affairs, PT Johnson & Johnson Indonesia mengatakan,”Medical tourism merupakan topik yang menarik karena melibatkan banyak pemangku kepentingan.”

Baca Juga: 7 Bahaya yang Mengintai Tubuh Jika Kita Sering Letakkan Laptop di Paha

Contohnya, salah satu alasan pasien memilih berobat di luar negeri adalah kecanggihan teknologi dan kecepatan akses terhadap obat-obat inovatif yang belum ada di Indonesia.

“Sebagai salah satu perusahaan dengan banyak R&D dibidang onkologi, kami merasakan banyak sekali perubahan yang dilakukan oleh pemerintah (dalam hal ini BPOM RI), untuk mempercepat pelayanan publik dan akses terhadap obat kanker.”

Sayangnya inovasi dan transformasi ini belum banyak diketahui oleh masyarakat.

Baca Juga: 6 Manfaat Mengonsumsi Dada Ayam, Dari Menurunkan Berat Badan Hingga Cegah Kanker

Oleh karena itu, PT Johnson & Johnson Indonesia menyadari bahwa sangat penting untuk mendukung berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai kualitas pengobatan beberapa penyakit kritikal di dalam negeri, terutama kanker, tentunya melalui kemitraan dengan para pemangku kepentingan dari berbagai sektor.”

Melihat kondisi tersebut, PT Johnson & Johnson Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) berkerja sama untuk menginisiasi kampanye “Ayo Berobat Kanker di Negeri Sendiri” yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta mengedukasi masyarakat Indonesia bahwa pengobatan kanker dapat dilakukan di negara sendiri, dengan kualitas yang tidak kalah dengan pengobatan di luar negeri.

Di samping itu, kampanye ini juga merupakan atau himbauan kepada para pemangku kepentingan di bidangnya masing-masing untuk terus berupaya dalam meningkatkan kapasitas pelayanan kanker bagi masyarakat Indonesia.

Baca Juga: 5 Ciri Kanker Darah yang Sering Disepelekan, Salah Satunya Terdapat Memar Tiba-Tiba di Tubuh

 

 

Sebagai rangkaian pertama dari kampanye ini, YKI dan Johnson & Johnson Indonesia mengadakan webinar awam (13/12) dengan mengundang tiga orang narasumber yang berasal dari sektor kesehatan dengan latar belakang yang berbeda untuk memberikan berbagai pandangan sekaligus penjelasan mengenai topik yang diulas pada webinar dan dihadiri oleh lebih dari 70 orang masyarakat Indonesia.

Webinar awam sebagai bagian dari kampanye “Ayo Berobat Kanker di Negeri Sendiri”. (Johnson & Johnson Indonesia)

Adapun narasumber yang hadir dalam webinar edukasi publik ini adalah Dr. dr. Djumhana Atmakusuma, Sp.PD., KHOM, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN); Dr. Dra. Rizka Andalucia, M.Pharm, Apt selaku Direktur Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan  (BPOM) Republik Indonesia; dan  Dr. Grace F Indrajaja yang menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Siloam.

Secara spesifik, pada sesi diskusi, Dr. Dra. Rizka Andalucia, M.Pharm, Apt juga menyoroti bahwa BPOM juga telah melakukan berbagai upaya berkelanjutan dalam mendukung peningkatkan pengobatan kanker di Indonesia.

Baca Juga: Aurel Hermansyah Diam-Diam Berikan Motor untuk Pria yang Viral karena Setia Rawat Istri, Kekasih Atta Halilintar Banjir Pujian

Beliau menyampaikan bahwa hingga saat ini, berbagai upaya yang sedang dan telah dilakukan oleh BPOM RI bertujuan untuk percepatan pelayanan publik, ketentuan mengenai kriteria dan tata laksana registrasi obat khususnya mengenai jalur evaluasi obat dan surat pemberitahuan persetujuan.

Pertama, elektronisasi untuk seluruh kategori registrasi obat.

Kedua, percepatan timeline untuk beberapa kategori registrasi obat baru menjadi 2x lebih cepat dari sebelumnya.

Baca Juga: Mulai dari Suburkan Rambut hingga Cegah Kanker, Ini Manfaat Jus Seledri

Ketiga, penyederhanaan mekanisme reliance dari tiga negara referensi menjadi satu negara referensi untuk beberapa kelompok obat tertentu.

Keempat, penghilangan mekanisme approvable letter untuk kategori registrasi tertentu.

Selain mengatur proses registrasi obat di Indonesia, BPOM juga melakukan pengawasan terhadap obat-obatan yang sudah mendapatkan izin edar untuk menerapkan prinsip Farmakovigilans untuk melindungi pasien dan memantau efek samping yang terjadi setelah obat mendapatkan izin edar.

Baca Juga: Pentingnya Imunisasi HPV di Masa Pandemi Corona untuk Mencegah Kanker Serviks

Dengan adanya kemitraan multi sektor pada kampanye ini diharapkan dapat mengajak lebih banyak lagi masyarakat Indonesia untuk melakukan pengobatan di dalam negeri dan turut mendukung berbagai upaya pemerintah untuk memajukan pengobatan kanker di Indonesia agar menjadi lebih baik lagi.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)