ILO Sebut 255 Juta Pekerjaan Penuh Waktu Hilang Akibat Pandemi Covid-19

By Presi, Selasa, 26 Januari 2021 | 16:33 WIB
(ilustrasi) Survei ILO Terbaru Sebut Perusahaan di Indonesia Nyaris Tak Akan Bertahan dan Pekerjaan Terancam karena Pandemi Covid-19, Pemerintah Didesak untuk Segera Ambil Tindakan ()

NOVA.id - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyataan bahwa tanda-tanda pemulihan tentatif mulai muncul di pasar tenaga kerja global, mengikuti terjadinya desrupsi tak terduga pada 2020 akibat pandemi covid-19.

Edisi ketujuh Pemantauan ILO: COVID-19 dan dunia kerja menyebut bahwa 8,8 persen jam kerja global hilang selama keseluruhan setahun lalu (relatif terhadap kuartal keempat tahun 2019). Angka itu setara dengan 255 juta pekerjaan penuh waktu.

Angka ini diperkirakan empat kali lebih besar dibanding dengan angka yang hilang saat krisis keuangan global tahun 2009.

Jam kerja yang hilang ini dihitung melalui pengurangan jam kerja bagi mereka yang bekerja atau tingkat kehilangan pekerjaan yang berdampak kepada 114 juta orang.

Baca Juga: Covid-19 Lumpuhkan Roda Perekonomian, ILO Ungkap Data Terbaru: Tingkat Pengangguran Muda Lebih Tinggi dari Tahun Sebelumnya

Namun secara signifikan, 71 persen dari hilangnya pekerjaan ini bukan dalam bentuk pengangguran, melainkan ketidakaktifan.

Itu berarti, orang-orang meninggalkan pasar tenaga kerja karena mereka tidak bisa bekerja. Hal tersebut kemungkinan diakibatkan oleh adanya pembatasan pandemi, atau memang berhenti mencari pekerjaan.

Kehilangan besar ini berakibat pada penurunan 8,3 persen pendapatan kerja global (sebelum perangkat dukungan dimasukkan), yang setara dengan US$3,7 triliun atau 4,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) global.

Baca Juga: Survei ILO Terbaru Sebut Perusahaan di Indonesia Nyaris Tak akan Bertahan dan Pekerjaan akan Terancam karena Pandemi Covid-19, Pemerintah Didesak Segera Ambil Tindakan

Dampak berdasarkan kelompok dan sektor

Diketahui perempuan lebih terkena dampak disrupsi pasar tenaga kerja akibat pandemi covid-19 dibandingkan laki-laki.

Secara global, ada 5 persen perempuan yang kehilangan pekerjaan. Sementara itu, 3,9 persen untuk laki-laki.

Secara khusus, perempuan jauh lebih rentan dibandingkan laki-laki untuk keluar dari pasar tenaga kerja dan menjadi tidak aktif.

Baca Juga: Dampak Pandemi Covid-19, ILO: Hampir Setengah dari Angkatan Kerja Global Berisiko Kehilangan Mata Pencarian

Selain itu, perempuan yang lebih muda juga secara khusus paling terkena dampak, dengan kehilangan pekerjaan, terlempar dari angkatan kerja atau menunda untuk memasuki dunia kerja.

Kehilangan pekerjaan di antara kaum muda (15-24 tahun) berada di 8,7 persen, dibandingkan 3,7 persen orang dewasa.

Laporan tersebut memperlihatkan dampak yang tidak setara terhadap sektor perekonomian, geografi dan pasar tenaga kerja yang berbeda-beda.

Ini menegaskan “Pemulihan berbentuk K”, di mana sektor-sektor tersebut dan para pekerjanya yang paling terkena dampak dapat tertinggal di masa pemulihan, yang mengarah kepada ketimpangan kecuali langkah-langkah perbaikan dilakukan.

Baca Juga: Antusias, Organisasi Buruh Internasional Gelar Kegiatan Virtual Run!

Sementara itu, sektor yang terkena dampak terburuk adalah jasa akomodasi dan makanan, di mana terjadi rata-rata penurunan pekerjaan lebih dari 20 persen, diikuti retail dan manufaktur.

Sedangkan ketenagakerjaan di bidang informasi dan komunikasi serta keuangan dan asuransi meningkat di kuartal kedua dan ketiga tahun 2020. Peningkatan marjinal juga terlihat dalam pertambangan, penggalian dan utilitas.

Lebih lanjut, proyeksi terakhir untuk tahun 2021 memperlihatkan banyak negara masih mengalami pemulihan yang relatif kuat pada pertengahan kedua tahun ini mengingat program vaksinasi mulai berjalan.

Baca Juga: Catat! Ini Panduan Lengkap Berangkat Kerja hingga Pulang ke Rumah di Era New Normal

Pemantauan memaparkan tiga skenario untuk pemulihan, yaitu berdasarkan data dasar, pesimis dan optimis.

Skenario berdasarkan data dasar (dihitung berdasarkan perkiraan Dana Moneter Internasional pada Oktober 2020) memproyeksikan kehilangan jam kerja secara global sebesar 3 persen pada 2021 (dibandingkan K4 2019), yang setara dengan 90 juta pekerjaan penuh waktu.

Skenario pesimis, yang mengamsusikan kemajuan yang lamban dalam vaksinasi khususnya, akan melihat penurunan jam kerja sebesar 4,6 persen, sementara skenario optimis memproyeksikan penurunan 1,3 persen.

Baca Juga: Tips Memulai Bisnis Sambil Tetap Bekerja Kantoran, Wajib Dicoba!

 

Ini akan tergantung pada pengontrolan pandemi dan kenaikan kepercayaan konsumen serta bisnis.

Dalam semua skenario ini, Amerika, Eropa dan Asia Tengah, akan mengalami kehilangan jam kerja sekitar dua kali lebih besar dibandingkan kawasan lainnya.

Pemantauan ini meliputi serangkaian rekomendasi kebijakan untuk pemulihan:

Baca Juga: Selain Dihadang Pandemi, Perempuan dalam UMKM Juga Menghadapi Beberapa Tantangan Ini

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)