Peristiwa penting selanjutnya adalah implantasi yang bisa dipengaruhi oleh adanya gangguan pada bentuk rahim seperti mioma/adnomiosis, polip, dan kelainan bawaan/sekat.
“Pada pria, pemeriksaan yang akan dilakukan adalah analisis sperma. Akan dilihat bagaimana jumlah dari sperma, bentuk dari sperma, dan gerakan dari sperma,” jelas dr. Aida.
Menurut kriteria WHO, jumlah rata-rata konsentrasi sperma normal adalah lebih dari 15 juta per milimeter, bergerak cepat dan lurus berada di jumlah 32 persen dibanding yang bergerak sebaliknya, dan memiliki bentuk normal minimal 4 persen.
Baca Juga: Jangan Tunggu Sampai Penat, Ini 5 Alasan Mengapa Ibu Rumah Tangga Perlu Me Time
Sayangnya, lanjut dr. Aida, “Analisa sperma konvensional kadang-kadang tidak dapat menggambarkan kerusakan DNA sperma, padahal kita tahu bahwa 91 persen publikasi menunjukkan bahwa kerusakan DNA sperma dapat menimbulkan gangguan kesuburan.”
Dengan demikian, maka diperlukan pemeriksaan yang lebih dalam yaitu DNA fragmentation index (HALO) yang bisa menggambarkan sperma yang normal dan tidak secara kromosom.
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa DNA fragmentation index lebih dari 30 persen berhubungan dengan rendahnya laju kehamilan pada program IVF.
Baca Juga: Tren Bayi Tabung untuk Dapatkan Bayi Kembar, Bagaimana Faktanya?