Dalam studi ini, Alter mengatakan, mereka menemukan tingkat antibodi IgA yang lebih tinggi pada ibu hamil yang menerima vaksin Moderna. Kemudian, jenis antibodi khusus ini dapat ditransfer lebih efisien ke bayi, untuk jangka waktu yang lebih lama.
"Ada beberapa alasan untuk berpikir bahwa memiliki tingkat kekebalan IgA yang lebih tinggi mungkin lebih melindungi," kata Alter.
Alter menegaskan, diperlukan penelitian tambahan dalam temuan ini dapat membantu menginformasikan kebijakan tentang vaksin Covid-19 untuk ibu hamil.
Penelitian terbaru sendiri telah menemukan vaksin mRNA memperoleh antibodi pada ibu hamil yang dapat ditransferkan ke bayinya. Hingga saat ini, penelitian ini adalah studi terbesar terkait vaksinasi Covid-19 pada ibu hamil.
Baca Juga: Puding Melon Buah, Sajian Ringan untuk Rekomendasi Takjil di Bulan Puasa
Seperti diketahui, wanita hamil dan menyusui tidak dimasukkan dalam uji klinis awal vaksin. Oleh sebab itu, tidak ada cukup data yang dapat membantu menginformasikan keputusan vaksinasi Covid-19 terhadap ibu hamil.
Meski demikian, para peneliti, ibu baru, calon ibu, dan petugas kesehatan mulai melangkah mengisi kekosongan tersebut. "MGH dan Brigham mulai berbicara dengan petugas perawatan kesehatan yang memenuhi syarat untuk vaksinasi, yang juga hamil, dan mereka membuat studi untuk memberdayakan wanita hamil dengan kemampuan melacak respons mereka," tutur Alter.
Kelompok ini juga mengembangkan data yang pada dasarnya dapat membantu seluruh dunia melakukan vaksinasi pada kehamilan dengan cara kolektif ini. "Itu benar-benar hanya kekuatan yang harus diperhitungkan, baik dari perspektif OB-GYN / provider, tetapi juga dari komunitas. Itu sangat menginspirasi," papar Alter.
Baca Juga: Seolah Bantah Isu Cerai, Melaney Ricardo Pamer Kemesraan dengan Tyson Lynch