Mereka secara telaten terus merawat keresahan itu sampai jadi penyemangat mereka menyelesaikan problem (masalah) yang lebih besar, tuturnya sambil mulai berbagi ilmu.
“Salah satu metodologi yang menjadi acuan adalah lean method. Metode ini mengajarkan untuk memulai bisnis awal tidak memerlukan resource yang banyak sebagai modal dasar, melainkan perlu mencari di mana problemnya, lantas perlu mengadakan atau mencari solusi, baik dalam bentuk produk maupun jasa sebagai hasil akhir, atau apapun yang dapat menyelesaikan problemnya.“
“Begitu problem sudah terpecahkan, maka tinggal scale up usaha tersebut, seraya melihat indikator berapa kasus yang dapat dipecahkan dalam satu bulan, misalnya. Jika pada bulan pertama hanya selesai satu kasus, maka bulan berikutnya ditingkatkan menjadi 10 sampai 100 kasus yang dapat diselesaikan,” tuturnya.
Baca Juga: Belajar Makna Perjuangan Raih Cita-Cita dari 6 Drama Korea di Netflix Ini yuk!
Konsep start-up seperti ini yang membedakannya dengan eksistensi enterprise (perusahaan), walaupun tidak dimungkiri, start-up yang memiliki sistem kerja yang sudah terstruktur, pada akhirnya juga akan berkembang menjadi enterprise.
Namun mereka juga tidak akan meninggalkan elemen utama start-up, yaitu sifat bisnisnya berupa produk atau jasa yang dapat diulang.
Reza yang pandangan hidupnya berorientasi pada value (nilai), kebaikan (kindness) itu bersifat superpower dan muda, memiliki spirit khusus, perlu terus menjaga isu-isu di sekitarnya, berpandangan, bahwa perusahaan itu pasti sudah jelas proses bisnisnya.
Baca Juga: Berujung Bahagia, Para Pemain Start Up Sampaikan Kesan Selama Syuting 8 Bulan