NOVA.id – Untuk menjadi seorang pebisnis, perlu menanamkan mindset sebagai problem solver atau solution maker
Dengan terlatih memberikan solusi, pebisnis akan terpacu untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif yang merupakan karakter pengusaha, termasuk saat menjadi seorang sociopreneur.
Hal ini terungkap di sociopreneur discussion series ke-4 yang dihelat pada Senin (26/4), dengan menghadirkan bintang tamu Peter Shearer, CEO dan Founder Wahyoo, start-up social enterprise yang berkembang sejak 2017.
Baca Juga: Begini Cara Sukses Jadi Ibu Rumah Tangga yang Punya Bisnis Sendiri
Diskusi virtual tersebut dipandu oleh Nadia Hasna Humaira, penggiat sociopreneur sekaligus brand ambassador Padusi.id, media massa digital yang mengangkat tema seputar perempuan muda, modern, dan dinamis yang kontennya juga layak diikuti para pria sebagai mitra perempuan.
Wahyoo adalah perusahaan start-up local yang fokus membantu warung makan tradisional untuk meningkatkan daya saingnya melalui pendampingan usaha berkelanjutan.
Layanan yang disediakan platform ini meliputi kemudahan berbelanja, layanan teknologi pendukung, pelatihan wirausaha, kegiatan komunitas, dan renovasi warung.
Baca Juga: Inilah 2 Hal yang Harus Ada Sebagai Syarat untuk Merintis Start Up
Sebagai seorang pelaku sociopreneurship, Peter mengaku karakter solution maker adalah tuntutan yang harus ia hadapi saat memberikan pendampingan kepada para mitra Wahyoo.
Namun justru dengan terbiasanya mencari solusi, mereka terpacu menjadi lebih kreatif dan inovatif yang semakin memperkuat karakter dan jiwa pengusaha mereka.
“Kita harus melihat setiap masalah untuk dihadapi, bukan dihindari. Inilah yang membentuk jiwa pengusaha kita,” tegasnya.
Nadia yang saat ini aktif mewadahi gairah para entrepreneur muda dalam merintis usaha berbasis sosial mendukung pernyataan Peter.
Baca Juga: Buka Usaha Sendiri atau Dengan Partner, Mana yang Lebih Menguntungkan?
Menurutnya, saat seseorang membangun bisnis, pada dasarnya ia sedang membangun orang dan kemudian orang tersebut membangun bisnis.
Ia juga menyatakan keyakinannya bahwa pada dasarnya sifat dasar manusia adalah saling menjaga.
“Saya sangat setuju dengan pernyataan Richard Branson bahwa jika Anda tidak membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain, maka Anda tidak boleh berbisnis,” ujarnya.
Senada dengan keyakinan Nadia, Peter mengaku sudah merasakan masa tidak pernah mencapai titik puas saat bisnisnya hanya fockus hanya pada tujuan pribadi.
Baca Juga: Ide Bisnis Jelang Lebaran yang Bisa Hasilkan Untung, Apa Saja?
“Ada perasaaan lebih dari sekadar uang, rasa puas yang tak terhingga. Jadi uang tidak lagi menjadi tujuan akhir, tapi sebagai alat agar dapat menciptakan dampak sosial yang lebih besar,” ujarnya.
Secara teori, Peter sudah membuktikan rekomendasi sebuah riset, bahwa bisnis yang memiliki tujuan baik akan lebih mudah mendapatkan customer.
Termasuk hasil riset lain yang menyatakan bahwa karyawan pada perusahaan yang memliki dampak social baik, akan lebih bersemangat dan memiliki motivasi lebih tinggi dalam berkarya.
Karena itu, perusahaan berkarakter sociopreneurship biasanya lebih mudah mendapatkan karyawan terbaik.
Baca Juga: UMKM Kuliner Banyak Alami Kenaikan Omzet Setelah Menggunakan Jasa Ojol
Dengan dukungan customer serta karyawan secara internal, biasanya perusahaan dengan karakter tersebut bisa berputar lebih cepat dibanding kompetitornya.
“Karena itu, kalau mau bisnis, buatlah bisnis yang bertujuan untuk memberikan dampak positif kepada banyak orang,” tegasnya diamini Nadia.
Menceritakan pilihannya untuk membantu keberadaan warung-warung makan tradisional yang begitu akrab dengan keseharian masyarakat kebanyakan, Peter berpendapat warteg dan sejenisnya, harus diakui, punya peran penting dalam menggerakkan perekonomian Indonesia di sektor mikro.
Dengan prinsip teknologi hadir untuk membantu memudahkan dan mengefisieankan pekerjaan manusia, Wahyoo saat ini terbukti berhasil merangkul lebih dari 16 ribu warung makan di kawasan Jabodetabek.
Baca Juga: Tips agar Sociopreneurship Semakin Berkembang dengan Mengelola Relawan
Menurut Peter, keberhasilan itu tidak lepas dari keberhasilan Wahyoo dalam memberikan beberapa manfaat nyata kepada para mitra.
Selain mendatangkan customer lebih banyak secara daring, fitur Wahyoo juga memungkinkan mereka mendapatkan bahan baku hasil pertanian dan sembako berkualitas dari brand mitra Wahyoo yang lain.
Cukup pesan melalui aplikasi Wahyoo, bahan-bahan makanan dan sayuran yang mereka butuhkan sudah diantar sampai di depan warung.
Aplikasi ini dihadirkan setelah Wahyoo mendapatkan masukan dari pelanggan.
Baca Juga: Tips Sukses Berbisnis Sejak Usia Muda dari Ibunda Tasya Farasya
“Dari sisi bisnis, layanan ini sekarang malah berkembang menjadi salah satu backbone bisnis kami. Karena itu, jangan segan-segan ngobrol dengan customer untuk mencari masukan, kalau jeli kita akan mendapatkan berbagai opportunity dari sana,” lanjutnya.
Wahyoo juga menyediakan fitur yang memudahkan para pemilik warung dalam mengelola keuangan mereka.
Apalagi, salah satu kebocoran bisnis warung makanan segmen kelas bawah seperti warteg adalah banyaknya konsumen yang berutang.
Untuk mengatasi masalah ini, Wahyoo menyediakan fitur yang membantu mengingatkan masa jatuh tempo setiap pengutang.
Baca Juga: Bisa Jadi Inspirasi, Simak Cerita Para Milenial yang Sukses Berbisnis hingga ke Luar Negeri
“Harapan kami, bisnis mereka bisa berjalan layaknya resto modern,” ujar Peter seraya mengisahkan usahanya berbagi pengalaman sebagai tukang cuci piring saat hidup di luar negeri agar warung-warung itu punya standar kebersihan tinggi.
Menjawab pertanyaan seputar problem penurunan bisnis, Peter menegaskan loyalty program adalah salah satu kunci sukses semua usaha termasuk bisnis berbasis social (sociopreneurship).
“Seorang pengusaha memang harus tergila-gila kepada pelanggannya. Sama seperti bisnis konvensional, agar konsumen datang kembali untuk membeli, langkah selanjutnya adalah customer service satisfaction. Untuk itu, alangkah baiknya kita membuat sebuah program loyalty, apakah dengan system membership, point reward, cashback dan lain-lain,” komentarnya.
Peter mencatat, konsumen Indonesia memiliki karakter khas yaitu suka dilayani dan diperhatikan.
Baca Juga: Jadi Jajanan Hits, Chocloud by Nadi Berawal dari Tugas Sekolah Anak
Oleh karena itu ia menyarankan agar selain terbuka dengan masukan pelanggan, kita juga ingat hal-hal sederhana seperti ingat nama mereka.
“Walaupun sederhana, hal itu penting karena mereka merasa dihargai. Karena itu kalau perlu pembawaan Anda yang seru dan rame ini dijadikan semacam SOP karena mudah menarik pelanggan,” sarannya.
Peter mengingatkan, para pemula bisnis tidak perlu berkecil hati.
“Cari kekuatan kita, apakah ada di harga, kualitas produk, servis, apa saja yang bikin unik. Selain itu kita juga harus terbuka terhadap review dan masukan dari pelanggan. Tanyakan kepada customer ada masukan apa,” ujarnya.
Baca Juga: 4 Kesalahan yang Tak Boleh Dilakukan oleh Seller E-Commerce Jika Ingin Bisnis Berkembang
Khusus untuk bisnis kuliner, Peter menekankan hal yang paling krusial adalah kualitas makanan.
“Kalau nggak enak, jangan harapkan bisnis bisa naik. Pastikan makanan benar-benar enak, hingga bikin orang ketagihan,“ tegasnya.
Begitupun, Peter mengingatkan bisnis tidak cukup diawali dengan passion dan skill. Sebelum mulai bisnis, seorang pemula mesti sudah mengetahui dulu apakah produknya cocok dengan daerah tersebut serta seberapa besar market size yang ia sasar.
Setelah tahap tersebut, ia juga harus melakukan mapping untuk memetakan siapa saja kompetitor yang sudah bermain di kolam tersebut.
“Banyak yang mulai bisnis tanpa memperhitungkan potensi pasar dan strategi, akhirnya putus di tengah jalan. Karena itu, selain memastikan ada target yang memang mau mengonsumsi produk kita, pastikan juga bahwa mereka mau membayar untuk mendapatkannya,” pungkasnya.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)