Minat Investasi Masyarakat Tinggi Tapi Tak Dibarengi Literasi yang Cukup? Apa yang Terjadi?

By Dinni Kamilani, Senin, 17 Mei 2021 | 14:03 WIB
Ilustrasi (Istock )

Keduanya memiliki kesamaan, yaitu tidak ingin bergerak secara gegabah tanpa pemikiran atau pemahaman yang matang.

Kesibukan mereka sehari-hari pun menimbulkan keraguan dalam berinvestasi karena merasa kekurangan pengetahuan dalam menganalisa peluang investasi yang tepat.

“Pasar bergerak dengan sangat cepat, namun saya belum memiliki pengetahuan yang cukup up-to-date akan iklim investasi masa kini untuk mengambil keputusan,”ujar seorang nasabah prioritas berusia 50 tahun yang berdomisili di Surabaya.

Baca Juga: Begini Cara Investasi Emas Online di Aplikasi Gojek, Yuk Simak!

“Sangat menarik jika bank bisa memberi tahu saya kapan waktunya membeli dan menjual (valas) – sehingga meningkatkan pengetahuan dan kesadaran saya terhadap kondisi pasar,” tambah seorang nasabah prioritas berusia 35 tahun di Bandung.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 menunjukkan literasi keuangan di Indonesia mencapai 38,03%, namun indeks inklusi keuangan Indonesia sudah mencapai lebih dari 76%.

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Tirta Segara, pada kuliah umumnya di Universitas Andalas, Padang, Maret 2020, menyampaikan bahwa terdapat gap yang tinggi antara literasi dan inklusi keuangan, ketimpangan tersebut menandakan masyarakat hanya membeli produk keuangan namun tidak memahami aspek penting lainnya.

Baca Juga: Masih Ada Sisa THR, Pilih Dipakai untuk Investasi atau Bisnis?