Jelas terlihat, bahwa yang dibutuhkan masyarakat adalah edukasi yang berkelanjutan yang yang diiringi dengan perbaikan kebiasaan, pola asuh dan konsumsi keluarga.
Oleh karena itu, meski saat ini Indonesia masih menghadapi badai pandemi, namun program-program pencegahan stunting harus tetap di prioritaskan. Bila tidak, kebutuhan nutrisi dan perkembangan anak-anak Indonesia jelas terdampak.
Ketua VII PP Muslimat NU Dr. Erna Yulia Soefihara menyatakan akan terus memberikan informasi tentang edukasi susu kental manis ke masyarakat, terutama di masa pandemi seperti saat ini.
“Terutama masyarakat di daerah mereka kurang sosialisasi, maka tidak heran temuan kami masih banyak masyarakat beranggapan kental manis dapat menggantikan ASI. Anak diberi kental manis jadi anteng, padahal ini justru merusak gizi anak,” papar Erna.
Oleh karena itu, dalam rangka mendukung upaya pemerintah mengejar target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Muslimat NU berkomitmen melakukan edukasi gizi secara berkesinambungan. Hingga pertengahan 2021, telah dilakukan edukasi hampir di seluruh kota di Indonesia serta menjangkau hampir 6,000,000 kader PP Muslimat NU dan masyarakat luas.
Diharapkan, langkah ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta pemenuhan asupan gizi anak dalam rangka perlindungan anak dari gizi buruk, stunting dan ancaman Covid 19.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)