NOVA.id - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyampaikan situasi pandemi selama tujuh hari terakhir, tepatnya sejak Kamis (15/7/2021) hingga Rabu (21/7/2021).
Menurut Prof Wiku dalam paparannya saat konferensi pers perkembangan penanganan Covid-19 yang digelar Kamis (22/7/2021), kasus positif Covid-19 secara nasional mengalami penurunan. Tingkat kesembuhan pun merangkak naik.
Ia memaparkan bahwa kasus positif yang semula tercatat mencapai 56.767 kasus pada Kamis (15/7/2021) menurun hingga menjadi 33.227 kasus pada Rabu (21/7/2021). Artinya, jumlah kasus positif Covid-19 turun 40 persen.
Pada periode yang sama, angka kesembuhan juga meningkat menjadi lebih dari 70 persen. Ia pun melaporkan bahwa persentase keterisian tempat tidur rumah sakit atau bed occupance rate (BOR) di tingkat nasional juga konsisten menurun.
Meski demikian, angka kematian akibat Covid-19 masih terbilang tinggi. Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menunjukkan, selama enam hari berturut-turut, jumlah kematian per hari masih mencapai angka 1.000 per hari.
Baca Juga: Sang Ibu Dirawat di ICU, Amanda Manopo Minta Maaf Tak Bisa Temani
“Ini patut dijadikan refleksi bersama. Ini tidak bisa ditoleransi lagi karena bukan sekadar angka. Di dalamnya ada keluarga, kerabat, kolega, dan orang-orang tercinta yang pergi meninggalkan kita,” kata Prof Wiku dalam keterangan tertulis yang diterima Nova, Jumat (23/7/2021).
Seharusnya, lanjut Prof Wiku, penurunan kasus positif dan meningkatnya kesembuhan diikuti oleh penurunan angka kematian.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo menyampaikan rencana untuk melakukan pelonggaran PPKM Darurat secara bertahap mulai 25 Juli 2021 asalkan penurunan angka positif Covid-19 signifikan.
Selain itu, pelonggaran juga harus melihat pada aspek persentase kesembuhan berbanding kematian serta persentase BOR. Capaian baik dalam penanganan Covid-19 selama tujuh hari terakhir pun harus dipertahankan.
Untuk itu, Satgas Penanganan Covid-19 pun berharap posko-posko penanganan Covid-19 di setiap daerah dapat lebih gesit melakukan testing dan tracing.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Apotek Online Lifepack Buka Layanan Isolasi Mandiri
“Perlu dipastikan sebelum dilakukan pembukaan bertahap, kita wajib bergotong royong dalam meningkatkan testing, dan menurunkan angka kematian,” kata Prof. Wiku.
Evaluasi PPKM Darurat di 7 provinsi
Prof Wiku menyampaikan evaluasi PPKM Darurat yang dilakukan di tujuh Provinsi Jawa dan Bali. Dari hasil evaluasi diperoleh informasi bahwa situasi pandemi di Tanah Air masih fluktuatif.
Ia mengatakan, zonasi risiko di tingkat kabupaten/kota menunjukkan perkembangan ke arah yang kurang baik. Sebanyak 180 kabupaten/kota menjadi zona risiko tinggi. Adapun jumlah tersebut didominasi kabupaten/kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Saat ini, sebanyak 33 kabupaten/kota di Jawa Timur, 29 kabupaten/kota di Jawa Tengah, dan 21 kabupaten/kota di Jawa Barat masuk dalam zona risiko tinggi. Ada provinsi yang berhasil menurunkan angka positif Covid-19 dan persentase BOR tetapi ada pula yang malah mengalami peningkatan kasus
“Kasus prositif di Bali mengalami peningkatan dalam tiga hari terakhir. Kesembuhan di lima provinsi menunjukkan tren peningkatan. Di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta angka kesembuhan menurun,” kata Prof Wiku.
Baca Juga: Selain Kesehatan, Anak dan Remaja Juga Alami Dampak Sosial Ekonomi di Masa Pandemi
BOR di Bali pun masih perlu menjadi perhatian. Begitu juga, angka kematian di seluruh provinsi yang cenderung meningkat.
Terkait kepatuhan, data Satgas Covid-19 mencatat kesadaran memakai masker sudah cukup baik di tujuh provinsi. Persentase masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan tersebut berada di bawah 30 persen.
Namun, kendala masih ditemui dalam meningkatkan kepatuhan menjaga jarak. Sebanyak 30 persen desa dan kelurahan di DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Banten warganya tidak patuh menjaga jarak.
Untuk efektivitas kinerja posko Covid-19 di setiap provinsi, Satgas Covid-19 mencatat sebanyak 50 persen posko yang tersebar di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur tidak melaporkan kinerjanya.
“Saya apresiasi untuk DKI Jakarta, DIY dan Bali yang pelaporan kinerja poskonya sudah dilakukan oleh lebih dari 50 persen posko di daerah masing-masing,” ujarnya.
Ia meminta provinsi-provinsi yang masuk dalam catatan evaluasi tersebut dapat memperbaiki, baik dari segi kepatuhan protokol kesehatan, angka kematian, kinerja posko Covid-19, dan BOR dapat memperbaikinya.
“Tentunya ini menjadi tanggung jawab seluruh unsur daerah, yaitu pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakatnya untuk memastikan kesiapan daerahnya menghadapi pembukaan bertahap nantinya,” katanya.