Rekomendasi Produk Lokal yang Ramah Lingkungan, Dari Madu hingga Anyaman Rotan

By Ratih, Minggu, 29 Agustus 2021 | 21:00 WIB
Salah satu rekomendasi produk lokal dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari ()

2. Bunga Telang Picnic Village

Bunga telang (Clitoria ternatea) sedang sangat happening. Makin banyak kafe yang meracik minuman dari jenis bunga tersebut. Tumbuh liar di negeri ini, bunga telang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku usaha teh telang kering, seperti yang dikerjakan oleh UMKM Istana Datin Anom, Kampung Siak Merambai, Kecamatan Bungaraya, Riau.

Agar bahan baku untuk produksi tidak cepat habis, pelaku usaha yang melabeli produknya dengan nama Picnic Village ini membudidayakan bunga telang secara organik di pekarangan rumah. Bunga tersebut dikeringkan tanpa kehilangan warna aslinya, dikemas cantik, dan siap diseduh.

Elly menyebutkan, produk ini sangat praktis. Ia terkadang memetik bunga telang dari tanaman yang tumbuh merambat di pagar rumahnya sendiri. Tapi, karena sudah ada produk bunga telang yang dikeringkan, ia tak lagi harus menunggu bunga di rumahnya mekar.

"Awalnya, sih, minum seduhan bunga telang karena suka dengan warnanya yang biru keunguan. Selain dijadikan minuman, kadang saya buat puding, dicampur leci dan strawberry. Karena tinggi antioksidan, maka banyak manfaat yang bisa saya petik juga. Imunitas saya jadi sangat bagus, kulit pun jadi lebih halus dan lembap. Plus, telang punya kandungan gizi yang berguna untuk pertumbuhan rambut," kata Elly, yang sering mencampurkan madu dan perasan lemon ke dalam seduhan teh telang.

Baca Juga: Rekomendasi Produk Lokal yang Luncurkan Koleksi Bertema Disney

3. Kain Gambo Muba

Motif jumputan ternyata bukan milik Solo dan Yogyakarta semata. Sumatra Selatan pun punya Jumputan Gambo Muba dari Kabupaten Musi Banyuasin. Kain ikat celup jumput ini menggunakan pewarna alami dari sisa ekstraksi gambir, sejenis tanaman perdu yang hidup tumpang sari antara perkebunan karet. Petani di Desa Toman biasanya memetik daun gambir pada pagi hari, lalu memulai proses ekstraksi daun gambir untuk dijadikan pewarna alami.

Proses pewarnaan kain gambo muba diawali dari proses mordan, yaitu merebus kain dengan 20 liter air, 300 gram air tawas, dan 100 gram soda abu. Setelah itu, kain dikeringkan secara alami, lalu dijumput oleh para perajin. Inovasi motif jumputan gambo muba terus berkembang. Namun, satu motif yang khas adalah motif titik tujuh, yaitu motif jumputan khas Sumatra Selatan yang menurut budayawan melambangkan tujuh aliran sungai yang mengaliri provinsi ini, atau juga terkait filosofi tujuh tingkatan surga.

Karakteristik pewarna gambir ini sangat lekat dengan bahan kain yang mengandung serat alam, seperti katun, rayon, dan sutra, atau serat organik yang berasal dari serat eukaliptus. Karena menggunakan pewarna alami, tentu kain gambo menjadi produk yang ramah lingkungan. Pewarna dari ekstraksi daun gambir ini menghasilkan warna yang unik dan berbeda di setiap kain, sehingga tidak ada kain yang warna dan motifnya sama persis.

Tak hanya dipasarkan dalam bentuk kain, para perajin UMKM Jumputan Gambo Sugih Toman yang tinggal di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, membuat pakaian jadi dalam bentuk abaya, jaket, dan juga masker. Cantik-cantik sekali.

Baca Juga: Tetap Tampil Cantik dan Fashionable di Tengah Pandemi dengan Rekomendasi Fashion Lokal Ini