Bagi Ranie, informasi soal "kekurangan" minyak kelapa sawit serta dampak buruk yang bisa ditimbulkan untuk lingkungan menjadi alasan dirinya beralih ke minyak yang lebih ramah lingkungan.
"Aku termakan isu itu sih awalnya. Katanya penanaman sawit itu kan membuka hutan itu kan dengan pembakaran, mengambil lahan adat."
"Dulu juga aku pernah ke Kalimantan Tengah dan melihat hutan sawitnya itu banyak. Jadi kayak Aduh, sawit tuh kenapa ya? Kan memang permintaannya banyak sekali, tapi kan jangan sampai sebabkan deforestasi. Memang agak-agak ke makan isu kayak gitu," jelas Ranie.
Senada dengan Ranie Untara yang baru mengetahui soal produk minyak goreng kelapa sawit berkelanjutan, Bunga Safari, Founder Mabela Cooking Club pun mengungkapkan jika dirinya juga baru menyadari hal tersebut.
Baca Juga: Air Kelapa Tak Boleh Dikonsumsi Orang dengan Penyakit-Penyakit Ini
"Grup kami sendiri kan bukan hanya ibu rumah tangga, tetapi ada pelaku UMKM juga dan rata-rata mereka memang sudah memproduksi ya, ada yang jual gorengan, keripik, dan lain-lain."
"Otomatis mereka memakai minyak goreng. Hanya saja memang yang untuk minyak goreng RSPO dan berekolabel ini kan kita juga baru tahu ya. Sudah saya sosialisasikan ke dalam grup dan mereka tertarik," ujar Bunga Safari yang juga hadir sebagai narasumber acara Sustainable Fritters Festivals dari NOVA dan WWF yang bertajuk “Ibu Pelopor Produk Berkelanjutan”.
Menurut Bunga, penggunaan minyak goreng sangat sering dipakai mengingat anggota komunitas Mabela Cooking Club bukan hanya dari ibu rumah tangga saja, tetapi juga pelaku UMKM.
"Untuk penggunaan minyak goreng selalu rutin digunakan. Baik untuk keperluan sehari-hari maupun proses produksi makanan yang dijual teman-teman komunitas."
Baca Juga: Buah Lerak, Bahan Pembersih Serba Guna yang Ramah Lingkungan