NOVA.id - Penting bagi pencari nafkah utam di keluarga untuk memiliki polis asuransi jiwa.
Pasalnya, asuransi jiwa bisa membantu kita mengantisipasi risiko-risiko finansial yang bisa timbul akibat kematian pencari nafkah.
Meski begitu, kita tidak boleh asal saat membeli asuransi jiwa.
Baca Juga: Mau Tahu Cara agar Polis Asuransi Tetap Aktif? Yuk, Simak 5 Tips Ini
Jangan sampai nilai uang pertanggungan sangat kecil dan tak sesuai perkiraan.
Dikutip dari Kompas.com, berikut ini ada 4 kesahan membeli asuransi jiwa yang sering dilakukan nasabah.
Jadikan 4 hal ini sebagai acuan Sahabat NOVA agar tidak salah membeli polis asuransi jiwa.
Baca Juga: Simak Cara Mengajukan Klaim Polis Asuransi, Ikuti 3 Langkah Ini!
1. Tidak tahu kebutuhan uang pertanggungan
Banyak orang yang membeli polis asuransi jiwa tanpa berpikir panjang.
Mereka langsung membeli tanpa menghitung terlebih dahulu berapa kebutuhan uang pertanggungan yang sebenarnya dibutuhkan.
Kalau sudah begitu, saat terjadi risiko, uang yang cair ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan finansial.
Sehingga, sangat penting bagi kita untuk mengetahui jumlah kebutuhan uang pertanggungan asuransi jiwa kita sehingga bisa menemukan produk yang tepat.
Baca Juga: Makin Populer, Ini 4 Jenis Polis Asuransi Jiwa yang Bisa Dipilih
Caranya, kita cukup menggunakan pendekatan Human Life Value, yakni dengan rumus pengalian antara nilai pendapatan saat ini ditambah risk free rate.
Conothnya, pendapatan bulanan kita Rp10 juta per bulan, tanggungan baru bisa mandiri 20 tahun lagi, risk free rate diasumsikan 5,2 persen.
Maka, kebutuhan uang pertanggungan asuransi jiwa adalah Rp 10 juta x 12 bulan x (110 persen+5,2 persen) x 20 tahun = Rp 1,42 miliar.
Nah, setelah tahu jumlah kebutuhan uang pertanggungan, kita baru bisa mencari produk asuransi jiwa dengan nilai uang pertanggungan sebesar itu.
Baca Juga: Rawan Kerusakan, Ini Pentingnya Beli Polis Asuransi untuk Smartphone
2. Menganggap polis asuransi sebagai investasi
Kita bisa menggharapkan imbal hasil besar di masa depan dengan investasi.
Namun, hal itu berbeda dari asuransi yang merupakan biaya.
Pasalnya, pada prinsipnya asuransi merupakan skema pengalihan risiko seseorang pada pihak ketiga yaitu perusahaan asuransi.
Dengan asuransi, kita bisa mendapat uang pertanggungan ketika terjadi risiko pada pemegang polis yang diberikan oleh perusahaan asuransi.
Baca Juga: Cara Mudah Mempelajari Polis Asuransi, Catat 3 Hal Penting Ini
Namun, untuk mendapat manfaat itu, kita wajib membayar premi sebagai biaya atas pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi tersebut.
Apabila menganggap asuransi sama dengan investasi, kita bisa memilih produk asuransi jiwa yang kurang tepat.
Misalnya membeli asuransi jiwa yang digabung dengan investasi. Akibatnya premi cukup mahal, sedangkan uang pertanggungannya relatif kecil.
Baca Juga: Cara Mudah Mempelajari Polis Asuransi, Catat 3 Hal Penting Ini
3. Salah menetapkan tertanggung di polis asuransi
Tertanggung polis asuransi jiwa seharusnya adalah mereka yang memiliki nilai ekonomi atau pihak yang menjadi sumber penghasilan keluarga.
Jika suami dan istri sama-sama bekerja, maka pihak tertanggung adalah yang mempunyai penghasilan terbesar.
Pasalnya, risiko finansialnya juga paling besar bagi keluarga bila tiba-tiba dia meninggal dunia.
Baca Juga: 5 Cara Agar Klaim Asuransi Diterima, Pastikan Ada di Polis Asuransi
4. Asal membeli asuransi pendukung
Biasanya agen akan menawarkan asuransi pelengkap saat kita membeli asuransi jiwa.
Nah, Sahabat NOVA jangan sampai sembarangan main menambah asuransi ya!
Asuransi tambahan artinya biaya tambahan, maka itu bijaklah dalam menambah jenis asuransi pelengkap alias rider.
Diketahui, riders berguna untuk mengantisipasi risiko ketidakmampuan yang mengakibatkan kita tidak bisa membayar premi rutin.
Misalnya karena terjadi kecelakaan, kitaa kehilangan pekerjaan. Sehingga kita akan dibebaskan dari pembayaran premi asuransi jiwa.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)