Investasikan Dirimu Untuk Berkarya Dan Bekerja

By Dr. Agus Sugiarto, Selasa, 21 Desember 2021 | 20:30 WIB
Ilustrasi pegawai yang bekerja sistem WFH (istock)

Gen milenial dan Z dilahirkan sebagai entrepreneur

Generasi milenial bukan hanya dikenal sebagai generasi inovator, tetapi juga dikenal sebagai pengusaha. Dengan menjadi pengusaha untuk dirinya sendiri, kaum milenial ini memiliki kebebasan untuk berinovasi dan membesarkan usahanya sendiri.

Kita bisa melihat kesuksesan Nadim Makarim yang meraih sukses besar dengan mendirikan Gojek, Achmad Zaki yang mendirikan Bukalapak, Belva Devara yang membangun Ruangguru dari nol, Amanda Cole yang meraih sukses dengan Sayurbox, dan masih banyak contoh-contoh lainnya.

Ada beberapa alasan menarik yang melatar belakangi mereka lebih suka menjadi pengusaha dibandingkan dengan bekerja untuk orang lain.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Dimulai dari Kamar Tidur, Ini Rekomendasi Kasur untuk Tidur Lebih Berkualitas

 

Pertama, sebuah survei yang dilakukan oleh Inc. (2018), menunjukkan bahwa 66% dari milenial memiliki goal untuk mempunyai usaha sendiri. Lebih lanjut studi tersebut menunjukkan bahwa 61% dari mereka percaya bahwa dengan memiliki usaha sendiri akan menjamin masa depan mereka. Kondisi ini berbanding terbalik dengan generasi baby boomers, dimana 64% diantaranya menganggap bekerja untuk orang lain justeru bisa memberikan jaminan kehidupan masa depan yang lebih baik bagi mereka. Hasil survei tersebut memberikan gambaran yang lebih jelas kalau kalian yang tergolong gen milenial dan gen Z memang memiliki bakat besar guna menjadi pengusaha.

Kedua, mereka tidak terlaku suka dengan ikatan pekerjaan yang kaku di kantor, termasuk budaya kerja yang monoton dan budaya kerja yang kurang dinamis. Kondisi inilah yang mendorong mereka untuk memiliki usaha sendiri, menjadi bos sendiri dan sekaligus menumbuh kembangkan usahanya. Inovasi yang mereka bangun sendiri akan menghasilkan uang yang lebih banyak apabila mampu dikelola dan dikembangkan sendiri. Disamping itu, menjadi bos bagi usahanya sendiri, memungkinkan mereka bisa membuka lowongan pekerjaan yang lebih banyak bagi orang lain.

Ketiga, hasil dari the Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey menunjukkan bahwa faktor fleksibilitas untuk beradapatasi, kemampuan melakukan kreativitas dan penguasaan teknologi, merupakan kunci utama dalam meraih sukses dalam berusaha. Ketiga faktor tersebut sudah mengakar di kalangan generasi milenial dan gen Z yang selalu beradaptasi terhadap perubahan. Hal ini masuk akal karena mereka memiliki usaha sendiri dan menjadi bos sendiri, sehingga tidak bersifat antipati terhadap segala perubahan yang terjadi. Kalian bisa melihat bahwa saat in diperkirakan ada sekitar 70,000 perusahaan start-up yang dibangun dan didirikan oleh kaum milenial dan gen Z, dan hampir semuanya bermodalkan teknologi digital. Yang menarik adalah sebagian dari usaha start-up mereka ini dengan cepat menjelma sebagai raksasa korporasi besar dalam bentuk unicorn maupun decacorn. (*)