Salah satu cara untuk membedakan batuk biasa dengan batuk TBC adalah dengan melihat warna dahak atau lendir. Lendir batuk biasa umumnya berwarna bening. Sementara, lendir batuk TBC berwarna hijau atau kuning akibat infeksi bakteri, bahkan disertai darah.
Gejala TBC pada orang dewasa dan anak-anak pun biasanya tidak jauh berbeda. Namun, penyakit TBC pada anak-anak dapat ditandai dengan pertumbuhan anak yang kurang optimal.
Anak-anak yang terinfeksi bakteri TBC umumnya menunjukkan gejala gizi buruk, seperti kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan drastis, dan pertumbuhan lamban.
Baca Juga: Ibu Wajib Tahu, Ini Cara Cegah Stunting dan Obesitas pada Anak
Risiko penularan
Seperti diketahui, penularan bakteri TBC dapat terjadi melalui udara. Meski demikian, penularan TBC tidak semudah dan secepat penyakit umum, seperti flu atau batuk biasa.
Melansir laman kesehatan tbfacts.org, proses penularan TBC terjadi akibat kontak fisik yang cukup dekat dan lama dengan pasien TBC. Misalnya, sering berada di ruangan yang sama atau tinggal satu rumah dengan pasien.
Selain itu, risiko penularan TBC juga lebih tinggi pada orang dengan human immunodeficiency virus (ODHIV) dan anak-anak usia di bawah 5 tahun yang tinggal bersama pasien TBC.
Laporan Organisasi Badan Kesehatan (WHO) berjudul Global TB Report 2021 juga mengungkapkan, kekurangan gizi (stunting) menjadi faktor risiko tertinggi pemicu penyakit TBC, terutama pada anak-anak.
Meski bakteri TBC umumnya menyerang paru-paru, bakteri ini juga dapat menyebar dan menginfeksi bagian tubuh lain, seperti sistem pencernaan, kelenjar, tulang, dan sistem saraf.
Baca Juga: Metode untuk Kembalikan Kapasitas Paru-paru Pasca Terinfeksi Covid-19
Memutus mata rantai penularan TBC