Menurut Ketua Departemen Ilmu Gizi FKUI, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK, ibulah yang biasanya mengurus makanan anak sehari-hari, meski peran ini bisa dilakukan bersama ayah. Ibu biasanya berperan membuat jadwal makan anak, memilih jenis makanannya, mengolahnya, menyajikannya, bahkan memberikan makanan tersebut kepada anak.
“Jadi, tidak berlebihan jika dibilang bahwa kunci pemenuhan nutrisi yang optimal pada anak adalah ibu,” jelas dr. Nurul dalam kesempatan yang sama.
Pemenuhan nutrisi anak ini sangat penting dalam gerakan ‘Bersama Cegah Stunting’. Pasalnya, ketika nutrisi anak tidak terpenuhi dalam jangka panjang, anak bisa mengalami stunting sehingga kemampuan motoriknya lambat, perkembangan otaknya tidak optimal, imunitasnya rendah, dan anak rentan mengalami infeksi. Dampak buruk inilah yang harus dicegah sedini mungkin.
Untuk mencegah stunting, imbuh dr. Nurul, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh ibu maupun keluarga pada umumnya, yaitu:
- Memantau asupan nutrisi, terutama di 1000 HPK, yakni dimulai dari masa kehamilan ibu sampai anak berusia 2 tahun.
- Selalu memantau berat badan anak dan melakukan skrining anemia.
- Memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan, dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI dan makanan keluarga sesuai pedoman Isi Piringku.
- Mengikuti program imunisasi, setidaknya imunisasi dasar sesuai panduan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
- Mencari informasi kesehatan dari sumber terpercaya agar tidak gampang percaya HOAX.
Baca Juga: Aturan Jaga Jarak Dihapus, Benarkah Indonesia Sudah Capai Herd Immunity?
“Jika berat badan anak stuck dan tumbuh kembangnya tidak sesuai usia, segera berkonsultasi dengan dokter. Lebih cepat masalah pada anak diketahui, lebih cepat pula status gizinya dapat diperbaiki sehingga anak dapat terhindar dari stunting,” tutup dr. Nurul. (*)