NOVA.id - Sepanjang pandemi, tantangan baru banyak dihadapi, termasuk dalam penanggulangan stunting (pertumbuhan anak terhambat disebabkan kurang gizi).
Salah satu faktor utamanya adalah akses terhadap makanan bergizi, sanitasi, maupun air bersih, yang dialami keluarga berpenghasilan rendah maupun kehilangan pendapatan selama pandemi.
Penurunan stunting tentu bukan hanya menjadi tanggung jawab satu instansi, melainkan butuh kerja sama multipihak, terlebih di tengah pandemi.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Agus Suprapto menjelaskan bahwa secara teoritis, pandemi dinilai berpengaruh terhadap peningkatan angka stunting di Indonesia.
Baca Juga: Tips Masak Cepat: Bikin Kudapan Musim Hujan Mendoan Sambal Kecap
“Tapi kita perlu melihat hasil survei yang terbaru dulu,” ujar Agus dalam Dialog Produktif dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Selasa (30/11/2021).
Untuk menyokong kesejahteraan masyarakat dan memastikan ketersediaan pangan bagi kelompok rentan secara penghasilan, Agus menjelaskan jika di masa pandemi pemerintah telah menyalurkan bantuan sosial termasuk Sembako bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sementara target pemerintah untuk menurunkan angka stunting, dikatakan Agus tidak berubah, yakni terjadi penurunan hingga 14% pada 2024.
Maka itu, kata Agus, edukasi stunting diharapkan tidak hanya berfokus pada bayi atau anak, melainkan juga pada kelompok risiko, yaitu remaja anemia, calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil, anak yang baru lahir. Hal ini dikarenakan status gizi calon pengantin juga ibu hamil akan mempengaruhi bayi yang akan dilahirkan, agar lebih sehat.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR