Sementara di sesi III di malam hari, digelar Pementasan 8, Kolaborasi antara I Komang Adi Pranata, Eka Wahyuni, Yezyuruni Forinti dan Angelina Ayuni Praise dengan karya berjudul Rooted.
Pementasan 9 berupa karya tunggal dari Alisa Soelaeman berjudul Suara yang lebih Pelan. Pementasan 10 berupa kolaborasi antara Ayu Permata dan Priccilia E.M Rumbiak berjudul Saling Gema. Sementara, pementasan 11, kolaborasi antara Eka Wahyuni dan Bagus Bang dengan karya berjudul Pesona.
Pementasan 12 Kolaborasi Kurniadi Ilham, Gede Agus Krisna Dwipayana, Yezyuruni Forinti dengan komposisi berjudul Sssst! Pementasan 13 sebagai nomor terakhir merupakan kolaborasi Razan Wirjosandjojo, Kurniadi Ilham, Priccilia E.M Rumbiak dan Yezyuruni Forinti dengan karya berjudul Sabung.
Salah seorang penampil dari Solo, Mekratingrum Hapsari menuturkan tentang A Day to Remember, sebuah komposisi solo yang ditampilkan di momen pementasan penutup Temu Seni yang dihelat di Pura Samuan Tiga.
Ini adalah sebuah karya yang berasal dari pengalaman diri dimana sepanjang berkarya penampil belum pernah menjamah dirinya sendiri, dalam artian materi dan kasus-kasus yang dibawakan cukup berjarak dengan penampil, namun dirinya mengalaminya.
Mekratingrum, atau akkrab dipanggil Mike ingin memberikan wadah dan ruang dalam pertunjukkan ini kepada audiens untuk berpartisipasi dalam mengingat memori-memori yang telah mereka alami dan miliki.
Lebih jauh tentang keikutsertaannya di Temu Seni, Mike sangat menginginkan ada kesempatan lain untuk berkolaborasi bersama teman-teman peserta.
Baca Juga: Lawatan Delegasi B20 ke Singapura, Perkuat Kerjasama Regional Menuju Pemulihan Ekonomi Global
Koreografer muda dari Jambi, Kurniadi Ilham menjelaskan tentang karya kolaborasinya yang berjudul Sssst! Adalam semacam paradoks dan kontradiksi. Inspirasinya adalah kepedulian dan kekhawatiran kami berempat terhadap situs cagar budaya dan ekosistem yang ada di sekitarnya yang dimiliki di tempat kita masing-masing yang terancam dengan kemajuan industri.
"Kami melihat sebuah kebisingan parah dan eksploitasi mengepung situs-situs itu. Saya bersyukur bisa bergabung di ajang ini, saya rasa berada di Temu Sini ini baru semacam embrio untuk kemudian menumbuhkan masa depan tidak hanya bagi kami sebagai seniman, namun juga dunia seni tari Indonesia."
Sementara itu, koreografer penampil dari Solo, Razan Wirjosandjojo memaparkan tentang komposisinya berjudul Ayam yang mengkisahkan tentang sebuah arca dewa tajen dan tradisi sabung ayam serta bagaimana tentang prediksi tentang ketidakpastian atas pemenang di arena. Saya akan menari bersama ayam hidup dalam kesempatan ini.