Di kompisisi kolaborasi berjudul Sabung saya tampil bersama Kurniadi Ilham dari Sumbar, Priccilia E.M Rumbiak dari Papua dan Yezyuruni Forinti dari Jailolo, Maluku. Kami mencoba bereksperimen dari sebuah notasi koreografi dengan menambahkan elemen judi dan bertarung ayam atau sabung.
Dalam judi ada semacam meramal secara matematis dan kosmologis yang dimiliki oleh orang-orang di seputar tradisi ini. Dari pementasan penutup ini Razan merasa begitu besar peluang kolaborasi terbuka setelah ajang Temu Seni ini berakhir. Ini adalah proses yang begitu berharga dan saya bersyukur berada di dalamnya.
Pemandu dan narasumber napak tilas Pura Samuan Tiga, Dewa Gede Yadhu Basudewa menjelaskan, "Lontar Tatwa Siwa Purana menyebutkan bahwa Pura Samuan Tiga dibangun pada masa pemerintahan Raja Candrasangka. Jika Prabu Candrasangka seperti disebutkan dalam Lontar Tatwa Siwa Purana sama atau nama lain dari raja Candrabhayasingha Warmadewa seperti disebutkan dalam prasasti Manukaya, maka Pura Samuan Tiga sudah ada sekitar abad X."
"Samuan Tiga secara etimologi berasal dari kata samuan berarti pertemuan/penyatuan/rapat, sedangkan tiga berarti bilangan tiga. Uraian lontar di atas, menunjukkan bahwa nama Samuan Tiga dikaitkan dengan adanya suatu peristiwa penting, yaitu adanya musyawarah tokoh-tokoh penting dalam suatu sistem pemerintahan."
Lebih jauh Dewa Gede memaparkan bahwa kepercayaan mengenai lokasi Pura Samuan Tiga pada masa lampau digunakan sebagai tempat pertemuan (samuan) menyatukan sekte-sekte di Bali hingga menjadi sebuah konsep Tri Murti dan Kahyangan Tiga dapat dibuktikan dengan tinggalan-tinggalan budayanya.
Dalam hal ini Pura Samuan Tiga sebagai situs Cagar Budaya ketika diamati menyimpan artefak sebagai benda Cagar Budaya tersebar tersimpan pada pelinggih-pelinggih (bangunan suci).
Baca Juga: Alasan Maudy Ayunda Dipilih Jadi Jubir Presidensi G20 Indonesia, Ini Tugasnya
Dalam momen Lokakarya dan Pementasan Tari Kecak bersama Maestro kecak, I Ketut Rani menyampaikan apresiasi dan kekaguman atas kemampuan gemilang yang ditunjukkan oleh 18 koreografer Temu Seni saat belajar tari kecak dalam momen yang begitu singkat sekaligus mementaskannya bersama Maestro di Pura Kahyangan Tiga.
Cak Rani mengakui bahwa para koreografer muda adalah seniman terpilih sesungguhnya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Temu Seni yang berlangsung di kota Ubud, Gianyar Bali pada tanggal 18-24 Juli 2022.
18 koreografer muda yang memiliki beragam latar genre dan berasal dari berbagai tempat di Indonesia hadir di Ubud untuk turut serta dalam Temu Seni, sebuah ajang silaturahmi, apresiasi dan jejaring seni tari sekaligus memperkenalkan dan menambah gaung Indonesia Bertutur 2022 di daerah cagar budaya di Indonesia.