Namun salah satu obat kejang yang ia konsumsi, yaitu fenobarbital, sempat membuat Pika alergi.
Mulai dari ruam merah di badan, bibir pecah-pecah, hingga sariawan parah.
“Akhirnya diganti phenytoin, asam valproat, dan karbamazepin."
"Pika mengonsumsi tiga obat kejang. Tapi akhir bulan kemarin, sebelum saya berangkat ke Jakarta, saya kan kontrol ke dokter rutin."
"Itu perutnya Pika merah-merah, timbul ruam-ruam merah, dan itu ternyata karena konsumsi karbamazepin dalam jangka waktu panjang,” jelas Santi.
Santi sempat bertukar cerita dengan temannya, Dwi Pertiwi, yang juga memiliki anak dengan cerebral palsy, yang lebih parah dibandingkan Pika.
Dwi kala itu membawa anaknya, Musa, untuk menjalani terapi ganja medis di Australia.
Kondisi Musa pun jauh membaik, bisa tidur nyenyak dan kejangnya berkurang.
Sayang, Musa harus meninggal dunia lantaran terapi tak bisa dilanjutkan di Indonesia.
Berbekal pengalaman temannya ini, dan demi kesehatan Pika, akhirnya Santi pergi ke Jakarta dan melayangkan tuntutan secara terbuka tentang pelegalan ganja medis.
Unggahan foto yang menampilkan dirinya bersama sang anak saat membawa poster tuntutan yang bertuliskan “Tolong Anakku Butuh Ganja Medis” dalam acara Car Free Day di Jakarta pun jadi viral.
Baca Juga: Kenali Penyebab Cerebral Palsy, Salah Satunya karena Ada Masalah Saat Proses Persalinan