Mayoritas Orang dengan TBC adalah Usia Produktif, Yuk Ketahui Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Ini

By Yussy Maulia, Selasa, 13 September 2022 | 11:24 WIB
TBC merupakan penyakit yang umumnya menyerang paru-paru. (Dok. STPI)

Penularan TBC dapat terjadi melalui air liur yang  mencemari udara atau droplet seperti Covid-19. Namun, bakteri penyebab TBC tidak dapat bertahan hidup pada permukaan benda mati, seperti peralatan makan, pakaian, dan peralatan mandi.

Selain itu, seseorang yang terpapar bakteri Mycobacterium tuberculosis yang berasal dari orang dengan TBC belum pasti terinfeksi. Seseorang yang terpapar bakteri penyebab TBC, tetapi tidak merasakan gejala apapun disebut kasus TB laten.

Baca Juga: Bukan Batuk Biasa, Kenali Gejala dan Risiko TBC pada Orang Dewasa dan Anak-anak

Jika daya tahan tubuh orang tersebut lemah, bakteri penyebab TBC dalam tubuhnya dapat berkembang menjadi penyakit dan menimbulkan gejala. Kondisi ini disebut kasus TB aktif.

Namun, menurut WHO, kemungkinan kasus TB laten berkembang menjadi TB aktif hanya dialami oleh sekitar 9-10 persen orang saja. Artinya, bakteri penyebab TBC memiliki kemungkinan kecil untuk berkembang jika seseorang yang terpapar punya daya tahan tubuh yang kuat.

Selain itu, penyakit TBC dapat disembuhkan dengan menjalani pengobatan rutin. Durasi pengobatan yang dijalani oleh setiap orang dengan TBC pun berbeda, tergantung kondisi dan tingkat keparahan penyakit.

Meski demikian, terkadang orang dengan TBC tidak menjalani pengobatan secara optimal karena tidak mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, pengobatan pada orang dengan TBC tidak tuntas sehingga kondisinya semakin memburuk. Orang dengan TBC menjadi resisten terhadap obat atau disebut TB RO. 

Baca Juga: 8 Tahun Tak Tahu Idap TBC dan Hepatitis, Kini Amitabh Bachchan Hidup dengan 25 Persen Fungsi Hatinya

Di sisi lain, gejala ringan penyakit TBC pun mirip dengan penyakit batuk dan demam biasa, sehingga tak sedikit orang dengan TBC yang telat mendapatkan penanganan. Jika kondisi orang dengan TBC sudah parah, maka durasi pengobatannya pun menjadi lebih lama.

Untuk memudahkan masyarakat dalam memahami lebih jauh seputar TBC, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) bersama Kompas.com menghadirkan Visual Interaktif Kompas (VIK).

VIK tersebut akan menjelaskan seputar sejarah, fakta, dan perkembangan TBC di Indonesia yang dikemas dalam ilustrasi yang mudah dipahami. Anda dapat mengakses VIK seputar TBC melalui tautan ini.

Selain itu, STPI bersama Kemenkes RI juga mengadakan kampanye digital #141CekTBC dengan tagline “14 Hari Batuk Tak Reda? 1 Solusi, Cek Dokter Segera!”.

Baca Juga: Berdampak Tinggi Pada Kematian, Yuk Kenali Gejala TBC Sejak Dini Agar Tak Mudah Terserang!

Lewat kampanye tersebut, STPI ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terkait penyakit TBC. Salah satu caranya adalah dengan menghadirkan kemudahan akses informasi seputar TBC, mulai dari gejala, penanganan, hingga rekomendasi fasilitas kesehatan terdekat. Seluruh informasi tersebut dapat diakses melalui situs web https://141.stoptbindonesia.org.

Masyarakat juga dapat mengajukan pertanyaan melalui fitur ChatBot yang tersedia pada situs web tersebut dan memperoleh jawaban langsung secara real-time. Layanan #141CekTBC juga dapat diakses lewat WhatsApp melalui nomor +628119961141.

Untuk informasi selengkapnya mengenai kampanye #141CekTBC, Anda dapat mengunjungi situs web https://141.stoptbindonesia.org, https://tbindonesia.or.id, dan https://stoptbindonesia.org.