Gara-Gara Popok Bayi, Andhini Miranda Ubah Hidup Jadi Tanpa Sampah

By Dinni Kamilani, Minggu, 16 Oktober 2022 | 07:26 WIB
Andhini Miranda ()

NOVA.id - Berawal di tahun 2012 saat dirinya mencari perlengkapan bayi untuk buah hatinya yang akan lahir, Andhini Miranda malah tanpa sengaja membaca artikel soal dampak popok bagi kerusakan lingkungan.

Mulai dari plastik kemasan popok, popok itu sendiri, hingga plastik yang digunakan saat akan membuang limbah popok.

“Artikel menyebut minimal satu anak itu menggunakan 4 popok, dalam satu bulan 120 popok, dan satu tahun 1.440 sampah popok, dan itu minimal, lho, yang dihasilkan oleh satu bayi,” kata Andhini kepada NOVA.

Dengan fakta tersebut, Andhini pun merasa tertampar, “Bayi yang baru lahir kok sampahnya banyak banget,” batinnya. Dari sanalah ia malah dibuat penasaran dengan tata kelola sampah di Indonesia.

Baca Juga: Berita Terpopuler: Gaya Hidup Rizky Billar Setelah Nikahi Lesti Kejora hingga Profil Heru Budi Hartono Pj Gubernur DKI Jakarta

“Karena jujur sebelum saya baca itu, enggak pernah kepikiran tentang sampah. Lalu, ternyata dari riset saya, wah ternyata Indonesia cukup punya masalah darurat soal sampah, ya,” jelas pemilik akun Instagram @021suarasampah ini.

Di sini sampah hanya dikumpulkan, diangkut, kemudian dibuang alias sampah yang ada hanya dipindahkan oleh petugas ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saja.

“Jadi sampah yang saya buang di tempat sampah di rumah, mal, atau di kantor dan di mana-mana, itu hanya dipindahkan saja ke TPA. Akhirnya membuat banyak sekali bencana lingkungan,” kata Andhini.

Baca Juga: Profil Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta yang Diusung Partai Nasdem Bakal Calon Presiden 2024

Hilangkan Tempat Sampah di Rumah

Andhini pun berdiskusi dengan sang suami hingga akhirnya mantap memutuskan untuk menerapkan hidup zero waste. Awalnya dimulai dari menggunakan popok kain untuk anaknya yang lahir di tahun 2012.

Tidak mudah tentunya. Apalagi di tahun itu cara hidup ini belum populer seperti sekarang. Untuk mencari popok kain pun ia terpaksa harus impor dari luar negeri. Sehingga dengan berat hati lagi-lagi masih menyisakan jejak karbon dalam proses pengirimannya.