Proses yang menguras tenaga itu tentu tak luput dari berbagai rintangan. Jika masuk musim hujan seperti sekarang ini, para petani harus pergi menjemur biji kopi ke dataran rendah, seperti ke daerah Singaraja yang jaraknya 50 kilometer dari Kintamani.
Belum lagi masalah gagal panen dan harga yang terkadang tak stabil. Jati bilang, “Seperti tahun 2012-2013, harga kopi anjlok dan susah jual, bahkan enggak ada yang beli.”
Kendati demikian, pertanian kopi di Kintamani terutama di Kabupaten Bangli rasanya tak akan pernah mati.
Toh, sudah dijalankan secara turun-temurun. Sebagai satu-satunya kabupaten yang tak memiliki pantai, Bangli mengandalkan hasil bumi untuk memasok kas daerah.
Maka dari itu, usaha kopi milik Jati ini terus didukung oleh PNM demi meningkatkan kompetensi sehingga kopi yang dihasilkan semakin berkualitas.
Dalam programnya, PNM pun turut melakukan pemberdayaan dan pendampingan pada nasabahnya melalui program Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU).
Sebagai informasi, hingga 11 Oktober 2022 PNM telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp145.43 Triliun kepada nasabah PNM Mekaar yang berjumlah 12,87 juta nasabah.
Saat ini PNM memiliki 3.504 kantor layanan PNM Mekaar dan 688 kantor layanan PNM ULaMM di seluruh Indonesia yang melayani UMK di 34 Provinsi, 422 Kabupaten/Kota, dan 5.640 Kecamatan.
Jadi, ingatlah selalu bahwa ada para petani yang Anda dukung di balik nikmatnya secangkir kopi Kintamani. Nah, kapan mau beli dan mencicip?
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)