NOVA.id – Kabut tebal, awan mendung, diiringi semilir udara dingin yang menerpa kulit sesekali bikin NOVA menggigil begitu memasuki Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, pada 12 Oktober 2022 lalu.
Beruntung hanya sebentar saja. Rasa dingin tadi segera sirna usai NOVA mendapat sambutan hangat nan ramah dari I Ketut Jati, salah satu pemilik kebun kopi di Desa Catur.
Perjalanan NOVA kali ini bersama-sama dengan rombongan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk mengunjungi pabrik kopi Kintamani yang terkenal nikmatnya.
Dari banyaknya pertanian kopi, kebun kopi milik I Ketut Jati inilah yang jadi salah satu penghasil kopi Kintamani yang terkenal di berbagai negara itu.
Tapi di balik kesuksesannya, ternyata kopi dengan cita rasa asam khas Kintamani ini harus melewati proses panjang, sebelum akhirnya bisa diseruput nikmat oleh warga lokal hingga turis mancanegara.
Sabar Jadi Kunci
Setelah dipanen, NOVA melihat biji-biji kopi dikuliti, dijemur, dicuci, difermentasi, kemudian disortir secara manual.
Terdapat tetesan keringat para petani perempuan yang dengan teliti memetik, memilah-milah, dan menyortir biji kopi layaknya seorang ilmuwan.
“Pekerjaan menyeleksi biji-biji kopi ini jadi tugas petani perempuan, karena memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi. Kalau (petani) yang laki-laki enggak mau milih kopi, karena (kerjanya) duduk, enggak sabaran,” cerita Jati secara eksklusif pada NOVA.
Baca Juga: Pelaku UMKM Wajib Tahu! Begini Cara Menggunakan WhatsApp Business untuk Memasarkan Produk
Proses yang menguras tenaga itu tentu tak luput dari berbagai rintangan. Jika masuk musim hujan seperti sekarang ini, para petani harus pergi menjemur biji kopi ke dataran rendah, seperti ke daerah Singaraja yang jaraknya 50 kilometer dari Kintamani.
Belum lagi masalah gagal panen dan harga yang terkadang tak stabil. Jati bilang, “Seperti tahun 2012-2013, harga kopi anjlok dan susah jual, bahkan enggak ada yang beli.”
Kendati demikian, pertanian kopi di Kintamani terutama di Kabupaten Bangli rasanya tak akan pernah mati.
Toh, sudah dijalankan secara turun-temurun. Sebagai satu-satunya kabupaten yang tak memiliki pantai, Bangli mengandalkan hasil bumi untuk memasok kas daerah.
Maka dari itu, usaha kopi milik Jati ini terus didukung oleh PNM demi meningkatkan kompetensi sehingga kopi yang dihasilkan semakin berkualitas.
Dalam programnya, PNM pun turut melakukan pemberdayaan dan pendampingan pada nasabahnya melalui program Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU).
Sebagai informasi, hingga 11 Oktober 2022 PNM telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp145.43 Triliun kepada nasabah PNM Mekaar yang berjumlah 12,87 juta nasabah.
Saat ini PNM memiliki 3.504 kantor layanan PNM Mekaar dan 688 kantor layanan PNM ULaMM di seluruh Indonesia yang melayani UMK di 34 Provinsi, 422 Kabupaten/Kota, dan 5.640 Kecamatan.
Jadi, ingatlah selalu bahwa ada para petani yang Anda dukung di balik nikmatnya secangkir kopi Kintamani. Nah, kapan mau beli dan mencicip?
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)