NOVA.id - Indonesia masih menempati peringkat ketiga sebagai penyumbang kusta terbanyak di dunia.
Posisi pertama ditempati oleh India dengan 65 ribu kasus.
Di posisi kedua ada Brazil yang memiliki 17 ribu kasus.
Dan barulah Indonesia dengan 11.173 kasus, menurut data WHO tahun 2021 untuk kasus tahun 2020.
Sedangkan berdasar data Kemenkes, hingga triwulan kedua tahun 2022 tercatat ada 13.559 kasus kusta di seluruh Indonesia.
Dari jumlah tersebut, terdapat kasus baru sebanyak 5.274 kasus.
Dalam media gathering KBR dan NLR Indonesia bertajuk 'Kusta Dalam Berita', Selasa (15/11), Uswatun Khasanah, Project Assistant Inclussion and Disability, NLR Indonesia, menjelaskan jenis dan gejala kusta.
Kusta terbagi menjadi dua yaitu kering dan basah.
"Gejalanya ada bercak putih, kemerahan dan mati rasa."
"Lalu untuk pengobatannya kalau kusta basah selama 12 bulan kalau kusta kering 6 bulan," jelasnya.
Uswatun kemudian menjabarkan mitos-mitos apa saja yang berkembang tentang kasus kusta di Indonesia.
Baca Juga: Ada Bercak Putih, Panu atau Kusta? Begini Cara Membedakannya
Setidaknya ada 7 mitos yang berhasil dipatahkan tentang kusta, yaitu:
1. Kusta adalah kutukan
Faktanya, kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae
2. Kusta tidak bisa disembuhkan
Padahal kusta sangat bisa disembuhkan dengan pengobatan
3. Berobat kusta itu mahal
Faktanya, obat kusta bisa didapatkan gratis di puskesmas
4. Kusta tidak bisa dicegah
Sudah ada obat pencegahan kusta bagi yang berisiko tertular
5. OYPMK (Orang yang Pernah Mengalami Kusta) harus dijauhi dan dilarang bekerja
Padahal OYPMK harus dirangkul dan memiliki kesempatan yang sama
Baca Juga: Derita Kusta, Diasingkan Keluarga ke Hutan
6. Kusta hanya menyerang lansia
Faktanya, kusta menyerang segala usia termasuk usia produktif
7. Kusta pasti menimbulkan disabilitas
Padahal, penemuan kusta sedini mungkin bisa mencegah disabilitas
Oleh sebab itu, perang melawan hoaks, mitos, dan stigma seputar kusta perlu didukung semua pihak, salah satunya media.
Dalam sambutannya, Paulan Aji Brata, Communicatons Officer, NLR Indonesia menyampaikan pentingnya keberadaan media sebagai penyalur informasi yang valid.
"Media diharapkan mampu menuangkan informasi kusta yang valid dan inklusif dengan kaidah jurnalistik tanpa mengesampingkan risiko terjadinya stigma dan diskirimasi pada kusta yang berujung pada masalah kesejahteraan emosional, psikologis hingga social."
"Kusta dalam berita yang valid, juga dapat membantu mengedukasi masyarakat sehingga cita-cita bersama untuk eliminasi kusta di Indonesia dapat terwujud," tutur Paulan.
Kegiatan Media Gathering ini merupakan rangkaian proyek SUKA (Suara untuk Indonesia Bebas dari Kusta) yang diinisiasi NLR Indonesia sejak 2021 untuk mengedukasi publik secara kontinyu tentang kusta dan konsekuensinya.
Proyek ini menggandeng media, komunitas blogger, universitas, sektor swasta, organisasi profesi dan organisasi penyandang disabilitas.
Baca Juga: Makin Pintar Atur Emosi, Ini Tips Meditasi yang Mudah untuk Pemula
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)