Kalau anak berpikir seperti itu, kata Rininda, kita perlu meluruskannya.
"Kadang tuh anak di bawsh 5 tahun itu suka berpikir kayak gini, Ayah pergi karena aku nakal ya. Itu perlu diluruskan juga," ujar Rininda.
Kata Rininda, kita perlu membuat penjelasan yang tidak menyalahkan anak.
"(Misalnya) bukan karena kamu nakal, tapi ini karena hubungan ibu dan ayah ini ada sesuatu yang tidak cocok jadi kami tidak bisa tinggal bersama lagi," ucap Rininda memberi contoh.
Jika kita membiarkan anak menyalahkan diri sendiri atas perceraian yang terjadi, akan muncul dampak buruk terhadap kepribadian anak saat sudah dewasa.
"Pemikiran itu kalau enggak dilurusin ketika kecil bisa kebawa sampai dewasa."
"Itu bisa mempengaruhi keberhargaan diri anak, Oh saya enggak ada gunanya ya, saya cuma bikin keluarga saya pecah aja, dan sebagainya," ungkap Rininda.
Lebih lanjut, Rininda menegaskan, saat menjelaskan perceraian pada anak, kita perlu menekankan bahwa kasih sayang kita tidak akan berubah untuk mereka.
"Tapi pastikan satu hal bahwa, Walaupun kita bercerai kita tetap sayang sama anak, kamu masih bisa ketemu loh. Itu yg perlu ada penekanan ke anak diayakinkan lagi ke anak. It's okay ini bukan selamanya enggak ketemu ayah lagi, kamu masih bisa ketemu ayah," papar Rininda.
Baca Juga: Tips Pintar Atur Emosi untuk Single Moms yang Ingin Berkencan Lagi, Jangan Takut!
"Nanti setelah dia besar, sudah ngerti konsep pernikahan, kita boleh jelasin ulang lagi. Sesuaikan dengan tumbuh kembang anak," pungkasnya.
Nah, itulah penjelasan psikolog tentang cara menjelaskan perceraian pada anak.(*)