Pasien Kanker Berisiko Tinggi Terjangkit Covid-19, Vaksin dan Terapi Imunisasi Pasif Jadi Senjata untuk Bentuk Kekebalan Imunitas

By Annisa Octaviana, Sabtu, 17 Desember 2022 | 05:30 WIB
Ilustrasi pengobatan kanker (istock)

NOVA.id – Sebagai bagian dari kelompok yang rentan, pasien kanker berisiko tinggi untuk terjangkit Covid-19 dengan dampak yang lebih parah.

Sehingga para pasien kanker yang terpapar Covid-19 membutuhkan perhatian yang khusus.

Berdasarkan data Globocan, total kasus kanker di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus.

Imunisasi yang efektif harus menginduksi stimulasi jangka panjang baik sistem imun humoral maupun seluler yang dimediasi oleh sistem adaptif dengan memproduksi sel efektor untuk infeksi saat ini maupun sel memori untuk infeksi di masa depan oleh agen patogen.

Ada berbagai jenis vaksin yang sedang digunakan atau sedang dikembangkan untuk pencegahan penyakit menular.

Dalam kondisi ideal, vaksin seharusnya mampu memicu sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif. Namun, setiap jenis vaksin memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat memengaruhi stimulasi sistem kekebalan tubuh sehingga membatasi kegunaan jenis vaksin tersebut.

Berdasarkan penelitian Recovery yang dirilis oleh Linardou et. al, terjadi perbedaan respons tubuh terhadap vaksin yang diberikan ke dua kelompok yakni kelompok pasien kanker dan kelompok orang sehat (controls) di mana respon imun para pasien kanker lebih rendah terhadap vaksin tersebut.

“Melihat fakta tersebut, terdapat kelompok pasien kanker yang berisiko belum mendapatkan perlindungan yang sama optimalnya dengan masyarakat sehat, bahkan setelah pemberian vaksin. Maka pada kelompok pasien tersebut, imunisasi pasif berupa antibodi monoklonal dapat menjadi opsi sebagai extra protection,” ujar dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik.

Untuk terlindungi dari COVID-19, selain menggunakan vaksin yang secara aktif dapat merangsang sistem imun untuk pembentukan antibodi, pada populasi tertentu khususnya pasien kanker, terdapat terapi imunisasi pasif seperti antibodi monoklonal yang mungkin dapat menjadi salah satu opsi bagi pasien tersebut untuk mendapatkan proteksi tambahan terhadap COVID-19.

Baca Juga: Sering Disepelekan, Daun Bawang Punya Manfaat Cegah Penyakit Ganas

 

 

()

Antibodi monoklonal menargetkan Spike Protein Virus COVID-19 sebagai pencegahan (Preexposure Prohylaxis/PrEP) terhadap Infeksi SARS-CoV-2.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, antibodi monoklonal dapat mencegah terjadinya infeksi COVID-19 pada Kelompok Rentan, salah satunya adalah pasien kanker.

Di sisi lain, antibodi monoklonal dapat memberikan perlindungan jangka panjang hingga 6 bulan dan efektif melawan virus SARSCov-2 yang telah bermutasi.

Efektivitas Vaksin COVID-19 berkurang pada individu dengan gangguan fungsi sistem imun. Sebagai solusi, individu dengan gangguan sistem imun memerlukan opsi tambahan untuk mendapatkan perlindungan yang lebih optimal terhadap infeksi COVID-19.

Cancer Information and Support Center (CISC), melalui Aryanthi Baramuli Putri, Pendiri dan Ketua CISC, mengungkapkan selain vaksin dan antibodi monoklonal, pasien kanker juga diimbau untuk terus menerapkan protokol kesehatan 3M yakni menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker.

“Apabila dibutuhkan, CISC juga senantiasa hadir untuk memberikan dukungan dan menyediakan informasi terkait pasien kanker dalam melindungi diri dari COVID-19,” jelas Aryanthi Baramuli Putri.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA, setiap Kamis siang.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.